Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Bahlil Ajak Investor Bangun Pabrik LPG di Indonesia

M Ilham Ramadhan Avisena
11/2/2025 20:00
Bahlil Ajak Investor Bangun Pabrik LPG di Indonesia
Sejumlah karyawan melakukan proses pengisian ulang tabung gas elpiji 3 kilogram di Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) Desa Peunaga Rayeuk, Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Senin (10/2/2025).(Antara/Syifa Yulinnas)

MENTERI Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengajak para investor untuk melakukan investasi dan membangun pabrik liquefied petroleum gas (LPG) di Indonesia. Menurutnya, itu menjanjikan dari segi bisnis lantaran Indonesia membutuhkan banyak gas. 

"Saya undang investor yang mau, silakan bangun pabrik LPG. Ini market captive karena langsung kontrak dengan PERTAMINA," kata dia dalam Mandiri Investment Forum (MIF) 2025, Jakarta, Selasa (11/2). 

Bahlil menerangkan, saat ini konsumsi gas LPG per tahun ini Indonesia mencapai 8,7 juta metrik ton. Itu terdiri dari konsumsi elpiji 3 kg subsidi sebanyak 8,2 juta metrik ton dan sisanya konsumsi LPG nonsubsidi.

Sementara kapasitas industri gas di Indonesia hanya mampu menghasilkan 1,4 juta metrik ton gas. Dus, selisih antara kemampuan produksi dan kebutuhan konsumsi itu merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh penanam modal. 

"Jadi impor setiap tahun kurang lebih 7 juta metrik ton. Sekitar 50% lebih impor dari AS dan selebihnya dari middle east," tutur Bahlil.

Pemerintah, lanjut dia, juga terus mengupayakan pengembangan industri gas di dalam negeri. Salah satunya melalui pembangunan jaringan gas (jargas) untuk memenuhi kebutuhan di Pulau Jawa dan Sumatra.

"Untuk menutupi suplai gas dari Sumatra dan Jatim, kita sedang membangun pipa gas agar kita bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya Sumatra dan Jawa," terang Bahlil. 

Selain impor gas yang masih tinggi, Indonesia terbilang cukup besar melalukan impor minyak. Setidaknya negara harus mengeluarkan dana sekitar Rp500 triliun untuk mengimpor minyak. 

Impor minyak itu disebabkan produksi minyak dalam negeri tak lagi mampu memenuhi kebutuhan. Data Kementerian ESDM menunjukkan konsumsi minyak per hari berkisar 1,5 juta hingga 1,6 juta barel per hari. 

Sementara kemampuan produksi minyak di dalam negeri hanya mampu berkisar 550 ribu barel per hari hingga 600 ribu barel per hari. "Impor kita sekarang 1 juta barel per day. Indonesia harus siapkan uang Rp500 triliun lebih untuk beli minyak," tutur Bahlil. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya