Headline

Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Insentif Likuiditas Makroprudensial untuk Hilirisasi Minerba Dialihkan

M Ilham Ramadhan Avisena
07/2/2025 15:31
Insentif Likuiditas Makroprudensial untuk Hilirisasi Minerba Dialihkan
Taklimat media di Kantor Perwakilan BI Banda Aceh, Aceh, Jumat (7/2).(MI/M Ilham Ramadhan Avisena)

INSENTIF kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM) dari Bank Indonesia untuk sektor hilirisasi mineral dan batu bara telah dialihkan sejak Januari 2025. Itu digantikan dengan pemberian insentif ke sektor industri pengolahan yang padat karya.

"Januari ini sudah tidak diberikan untuk hilirisasi minerba," ujar Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Nugroho Joko Prastowo dalam taklimat media di Kantor Perwakilan BI Banda Aceh, Aceh, Jumat (7/2).

Diketahui kebijakan insentif likuiditas makroprudensial diberikan melalui pengurangan giro bank di BI dalam rangka pemenuhan Girwo Wajib Mininum (GWM) yang wajib dipenuhi secara rata-rata.

Joko menjelaskan, pencabutan insentif sektor hilirisasi minerba itu dilakukan karena tanpa ada stimulus tersebut, pembiayaan untuk pengembangan sektor hilirisasi minerba terus berjalan di sektor perbankan, investasinya pun masih terus masuk ke dalam negeri.

"Namun, kalau hilirisasi lain, seperti pangan masih diberikan, karena kan untuk minerba pembiayaan dan pengembangan hilriasi masih terus jalan, kredit jalan, dan PMA (penanaman modal asing) jalan," kata Joko.

Adapun pengembangan sektor yang tercakup insentif KLM saat ini difokuskan untuk sektor-sektor prioritas seperti industri padat karya. Tujuannya, pembiayaan bank semakin masif mendukung penciptaan industri yang banyak serap tenaga kerja.

"Tentu untuk industri kita kan banyak padat karyanya, otomatis industri yang punya porsi pertumbuhan tinggi di situ akan semakin tinggi. Sektor jasa dunia usaha akan meningkat lagi karena ada insentif di situ, tetapi tidak serta merta yang dialihkan akan turun," tegasnya.

Instrumen KLM BI pada 2025 diarahkan untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan guna mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja.

Mulai 1 Januari 2025, insentif KLM disalurkan pada sektor-sektor yang mendukung pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, yaitu sektor pertanian, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan dan pariwisata dan ekonomi kreatif, konstruksi, real estat, dan perumahan rakyat, serta UMKM, ultramikro, dan hijau.

Hingga minggu kedua Januari 2025, Bank Indonesia telah menyalurkan insentif KLM sebesar Rp295 triliun atau meningkat sebesar Rp36 triliun dari Rp259 triliun pada akhir Oktober 2024. Insentif dimaksud telah disalurkan kepada kelompok bank BUMN sebesar Rp129,1 triliun, bank BUSN sebesar Rp130,6 triliun, BPD sebesar Rp29,9 triliun, dan KCBA sebesar Rp5 triliun. (Z-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya