Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
KEPALA Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman mendorong Presiden RI Prabowo Subianto selektif memangkas anggaran belanja.
Efisiensi anggaran secara besar-besaran di kementerian/lembaga (k/l) diyakini akan menganggu proyek-proyek infrastruktur, pangan, dan lainnya. Imbasnya, produktivitas pembangunan negara akan turun dan berimplikasi pada perekonomian nasional.
"Sebaiknya efisiensi anggaran ini dipilih dan dipilah karena mempengaruhi produktivitas. Jika produktivitas turun, nilai tambah yang diciptakan berkurang. Ini dapat menekan pertumbuhan ekonomi kita," ujarnya kepada Media Indonesia, Kamis (6/2).
Presiden Prabowo Subianto meminta k/l hingga pemerintah daerah (pemda) melakukan efisiensi belanja anggaran mencapai Rp306,69 triliun. Menurut Rizal, pemerintah perlu realokasi anggaran untuk belanja yang produktif. Seperti, pengembangan industri dan hilirisasi berbasis teknologi dan sumber daya ekonomi yang inklusif.
"Jadi, efisiensi anggaran ini tidak untuk konsumtif semata. Karena diharapkan dengan anggaran Rp306 triliun mampu memperbaiki produktivitas struktur perekonomian nasional," jelasnya.
Senada, dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Akhmad Akbar Susamto, berpandangan pemotongan anggaran terutama dilakukan di sektor-sektor produktif, seperti infrastruktur pokok, pendidikan, dan kesehatan, bakal menghambat pertumbuhan ekonomi. Serta mengganggu iklim usaha.
“Jika pemotongan anggaran tidak dilakukan secara selektif, maka berdampak negatif pada investasi publik, penciptaan lapangan kerja, dan produktivitas tenaga kerja,” ungkap Akbar dilansir laman resmi UGM.
Selain dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan ekonomi, pemangkasan anggaran juga diperkirakan berdampak pada stabilitas sosial dan kesejahteraan masyarakat. Pasalnya, program-program sosial yang berkaitan dengan perlindungan sosial, subsidi, atau bantuan bagi kelompok rentan dikhawatirkan terdampak.
“Jika pemotongan anggaran terlalu agresif di sektor ini, daya beli masyarakat dapat menurun. Pada akhirnya mengurangi konsumsi domestik dan memperlambat pemulihan ekonomi,” ucap Akbar.
Akbar mengingatkan kepada pemerintah agar kebijakan efisiensi anggaran mesti dilakukan secara cermat dan teliti agar tidak menurunkan kapasitas ekonomi nasional dalam jangka panjang.
“Yang lebih penting adalah memastikan bahwa setiap rupiah anggaran yang tersedia digunakan dengan optimal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan," pungkasnya. (J-3)
DPRD mempertanyakan kebijakan Gubernur Dedi Mulyadi yang memangkas anggaran bantuan keuangan untuk kabupaten dan kota dari Rp1,7 triliun menjadi Rp500 miliar.
Mendagri Tito Karnavian akan mengeluarkan suarat edarah terkait dana transfer ke daerah yang dipangkas.
Sebagai organisasi yang fokus pada prestasi, PP PBSI terus berusaha mencari sumber pendanaan lain untuk memastikan kegiatan olahraga bulu tangkis tetap berjalan.
Pakar ilmu politik, Ikrar Nusa Bhakti, mengatakan agenda demonstrasi bertajuk ‘Indonesia Gelap’ tak mustahil akan terus bergulir hingga didengar oleh pemerintah.
PRESIDEN Prabowo Subianto menargetkan Rp 750 triliun didapat dari penghematan anggaran Anggota Komisi IV DPR RI menegaskan efisiensi anggaran harus tetap menjamin kesejahteraan rakyat
GURU besar bidang ilmu Kebijakan Publik Universitas Brawijaya, Andy Fefta Wijaya mengatakan pemangkasan anggaran yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto berdampak pada pemda.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved