Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate masih terbuka namun menyempit. Itu dikarenakan perkembangan ekonomi dunia yang memaksa bank sentral untuk kembali menghitung kembali perihal kebijakan suku bunga acuan tersebut.
“Sekarang fokusnya pada nilai tukar. Suku bunga tentu saja harus sabar. Ruanganya mungkin juga tidak sebesar dulu. Tapi bukan berarti BI tidak mendorong pertumbuhan,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Jakarta, Rabu (20/11).
Dia menyebutkan, BI juga terus mempertimbangkan tingkat inflasi dalam negeri dan pertumbuhan ekonomi. Karenanya, Perry memastikan ruang untuk memangkas BI Rate tetap terbuka kendati ruang itu menyempit.
“Tentu saja dengan perkembangan dinamika global yang cepat ini, fokus kami adalah fokus kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik global dengan perkembangan di AS,” jelas Perry.
“Jadi masih terbuka, tapi akan sangat tergantung dengan kondisi tadi. jadi ruangannya yang dulu agak lebar, sekarang lebih terbatas. Jadi sabarnya itu r nya lebih banyak lagi, tambah panjang,” sambungnya.
Diketahui sebelumnya BI kembali mempertahankan BI Rate di level 6%. Itu merupakan keputusan yang diambil oleh otoritas moneter dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 19-20 November 2024.
“Dengan pembahasan, asesmen pekembangan global dan domestik, Rapat Dewan Gubernur BI pada 19-20 November 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6%,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (20/11).
Selain mempertahankan BI Rate, bank sentral juga mempertahankan suku bunga depocit facility di angka 5,25% dan suku bunga lending facility di angka 6,75%. (Z-11)
Keputusan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan (BI rate) menjadi 5,5% akan disambut positif sektor perbankan dan sektor riil.
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
Menurutnya, perbankan juga perlu menyesuaikan struktur biaya dana, termasuk dana pihak ketiga dan bunga kredit, agar penyaluran kredit semakin efektif.
DALAM Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada Selasa-Rabu, 20-21 Mei 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,5%.
Bulan ini, Mei 2025, jadi waktu yang tepat bagi Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan (BI Rate). Pasalnya, nilai tukar rupiah mulai stabil.
Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) pada Rabu (7/5) waktu setempat, memutuskan mempertahankan suku bunga acuan (fed fund rate/FFR) tetap di level 4,25-4,50%.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, masyarakat dan pelaku usaha diprediksi akan menghadapi berbagai tantangan.
PENGAMAT ekonomi Universitas Mataram (Unram), Firmansyah mengatakan, relaksasi ekspor konsentrat di NTB tidak perlu dilakukan, jika hanya untuk memperbaiki data pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah terus berupaya mendorong intensitas perdagangan demi mengatasi gejolak perekonomian global. Demi memuluskan upaya tersebut, industri maritim logistik juga harus diperkuat.
Pentingnya reindustrialisasi yang berfokus pada sektor-sektor padat karya.
Menteri-menteri ekonomi di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto perlu segera dievaluasi terutama terkait kegagalan efek stimulus dan memanfaatkan momentum di triwulan I 2025.
SETELAH membuka sejumlah gerai di Bengkulu, Kraving kini bersiap memperluas jangkauan ke Jakarta dan BSD City pada 2026.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved