Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Resmi Ajukan Kebangkrutan Chapter 11, Begini Sepak Terjang Tupperware di Tanah Air

 Gana Buana
19/9/2024 18:15
Resmi Ajukan Kebangkrutan Chapter 11, Begini Sepak Terjang Tupperware di Tanah Air
Tupperware ajukan kebangkrutan(Dok. Tupperware)

PERUSAHAAN asal Amerika Serikat yang memproduksi kontainer makanan, Tupperware, secara resmi mengajukan kebangkrutan Chapter 11 pada Selasa, 17 September 2024.

Sebelumnya, pada bulan Agustus 2024, Tupperware mengungkapkan keraguan tentang kemampuannya untuk melanjutkan operasional bisnis.

Ini menjadi semakin mengejutkan mengingat penjualan produk mereka sempat meroket selama pandemi Covid-19, saat tren memasak di rumah meningkat.

Baca juga : Tupperware Ajukan Kebangkrutan, ini Kata CEO

Sejarah Tupperware Selama 80 Tahun di Indonesia

Tupperware, merek terkenal dalam industri peralatan dapur, memiliki sejarah panjang dan menarik di Indonesia.

Produk ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970-an oleh Ellen H. Budiman, yang merupakan salah satu pionir dalam penjualan langsung di Indonesia.

Metode pemasaran melalui direct selling memungkinkan individu untuk menjual produk Tupperware langsung kepada konsumen, memberikan kesempatan bagi banyak wanita untuk berwirausaha.

Baca juga : Diambang Kebangkrutan, Ini Sosok Pencipta Tupperware

Seiring berjalannya waktu, Tupperware dikenal karena desainnya yang inovatif, fungsionalitas yang tinggi, dan kemampuannya menjaga kesegaran makanan.

Hal ini membuatnya sangat populer di kalangan ibu rumah tangga dan keluarga di Indonesia. Merek ini tidak hanya menjadi simbol kepraktisan, tetapi juga gaya hidup modern.

Pada tahun 1980-an dan 1990-an, Tupperware mengalami pertumbuhan pesat dengan memperluas jaringannya di seluruh Indonesia.

Baca juga : Gita Wirjawan Desak Indonesia Buka Diri untuk Tingkatkan Produktivitas

Perusahaan ini mengadakan berbagai program pelatihan bagi distributor dan penjual, memperkuat komunitas dan memberikan dukungan kepada para wirausahawan wanita.

Selain itu, produk Tupperware juga terus berinovasi, memperkenalkan berbagai macam item baru yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Namun, memasuki dekade 2020-an, Tupperware menghadapi tantangan yang signifikan. Munculnya kompetisi dari produk sejenis dan perubahan perilaku konsumen, terutama dalam belanja online,

Baca juga : Populasi Jepang Anjlok, Lansia Bekerja Cetak Rekor

membuat perusahaan harus beradaptasi dengan cepat. Meskipun Tupperware memiliki fondasi yang kuat, tantangan tersebut berujung pada pengumuman yang mengejutkan.

Pada awal 2023, Tupperware Brands Corporation mengumumkan kebangkrutan sebagai bagian dari restrukturisasi keuangan yang diperlukan untuk menyelamatkan perusahaan.

Kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan ini disebabkan oleh penurunan penjualan yang tajam, serta kesulitan dalam menarik generasi muda yang lebih memilih belanja online daripada metode penjualan langsung.

Pengumuman bangkrutnya Tupperware menandai akhir dari era yang panjang bagi merek ini di Indonesia dan di seluruh dunia. Meskipun demikian, warisan yang ditinggalkan Tupperware sebagai pionir dalam penjualan langsung dan inovasi produk akan selalu dikenang.

Banyak individu yang terlibat dalam bisnis ini kini memiliki pengalaman berharga dan keterampilan wirausaha yang dapat mereka gunakan di masa depan.

Ke depan, Tupperware berupaya untuk menemukan cara baru untuk beradaptasi dengan kebutuhan pasar dan mengembalikan kepercayaan konsumen. Sementara tantangan besar masih ada, harapan untuk kebangkitan merek ini tetap ada, dengan dukungan dari komunitas loyal yang telah dibangun selama bertahun-tahun.

Apa yang menyebabkan Tupperware mengalami kebangkrutan?

Menurut CEO Tupperware Laurie Goldman, perusahaan ini menghadapi kerugian akibat penurunan penjualan. Permintaan untuk wadah makanan berwarna-warni menurun, meskipun sebelumnya meningkat pada masa pandemi.

Selain itu, kenaikan biaya tenaga kerja, pengiriman, dan bahan baku seperti resin plastik pasca-pandemi juga memberi tekanan besar pada bisnisnya. 

"Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi keuangan perusahaan sangat terpengaruh oleh tantangan ekonomi makro," kata Goldman.

Tupperware telah berusaha memperbaiki situasi bisnisnya selama bertahun-tahun setelah mencatat penurunan penjualan di beberapa kuartal terakhir.

Pada April 2023, perusahaan ini sudah mengisyaratkan kemungkinan kebangkrutan dalam pengajuan mereka. Mereka juga menyatakan bahwa tanpa menemukan sumber keuntungan baru, perusahaan tidak dapat mendanai operasinya.

Di tahun 2024, Tupperware menutup satu-satunya pabriknya di South Carolina, AS, yang berakibat pada pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 148 karyawan.

Saham Tupperware juga mengalami penurunan drastis sebesar 74,5% pada tahun ini, dan terakhir diperdagangkan dengan harga hanya 51 sen. (Z-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya