Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Tanggulangi Polusi Udara, Penerapan BBM Euro 4 Jangan Ditunda Lagi

Ihfa Firdausya
11/9/2024 18:54
Tanggulangi Polusi Udara, Penerapan BBM Euro 4 Jangan Ditunda Lagi
Kendaraan melintasi jalan tol ruas Pondong Aren-Serpong di kawasan Serua, Tangerang Selatan, Banten,(MI/Susanto)

PENINGKATAN kualitas bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan dengan standar Euro 4 tidak bisa ditunda lagi. Langkah radikal itu harus segera diambil mengingat sumber pencemaran udara terutama di Jabodetabek didominasi oleh kendaraan bermotor. Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin dalam media briefing di Jakarta, Rabu (11/9).

“Kita jangan membiarkan masyarakat korban pencemaran udara itu menunggu sampai mengalami risiko yang paling berat dalam waktu dekat ini. Kita harus melakukan langkah konkret, apa yang sudah dikoordinasikan oleh Kemenko Marves harus segera dilaksanakan,” kata Ahmad.

Ia mengatakan sejak November 2023 hingga awal Agustus 2024, pemerintah di bawah kepemimpinan Kemenko Marves sangat efektif menjalin koordinasi antarsektor untuk merancang agar per 17 Agustus 2024 Jabodetabek akan dipasok dengan bahan bakar Euro 4.

Baca juga : Atasi Pencemaran Udara, DLH DKI Lakukan Pemeriksaan 68 Cerobong Asap Pabrik

“Jadi pertalite yang hanya berstandar Euro 1 itu akan diupgrade menjadi BBM yang memenuhi syarat untuk kendaraan berstandar Euro 4. Namun satu dan lain hal semacam terjadi perbedaan pendapat, apa yang sudah dikoordinasikan dan dipimpin dengan baik oleh Kemenko Marves sepertinya batal,” ujar dia.

Data KPBB tahun 2019 menyebut beban emisi PM10 di Jabodetabek mencapai 14,88 juta ton/per tahun. Sektor transportasi menjadi penyumbang terbesar yakni 47%.

Sementara beban emisi PM2.5 mencapai 10,71 juta ton/tahun. Lagi-lagi penyumbang terbesarnya adalah sektor transportasi sebesar 57%. Angka di atas diprediksi terus meningkat setiap tahunnya.

Baca juga : KLHK Hentikan Tiga Perusahaan Penyebab Polusi Udara di Jabodetabek

Ahmad menekankan bahwa pasokan BBM Euro adalah prasyarat pengendalian emisi kendaraan pencemaran udara yang masih menjadi ancaman bagi banyak kota seperti Jakarta dan sekitarnya. Dampaknya menyasar kesehatan masyarakat, terutama anak-anak, menyedot biaya medis, pemicu morbiditas, dan mengancam bonus demografi.

Pada kesempatan yang sama, Guru Besar Bidang Ilmu Kesehatan Lingkungan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Prof. Dr. Budi Haryanto menekankan pentingnya memperbaiki kualitas bahan bakar untuk menjaga kesehatan masyarakat.

“Pada 2015 kita mencoba untuk mensimulasikan bagaimana kalau Euro 4 itu diterapkan tahun 2017, apa yang terjadi di tahun 2020? Ternyata terdapat penurunan NOx (nitrogen oksida) sampai lebih dari separuh. Kalau Euro 4 itu diterapkan pada 2020, ternyata juga lebih dari separuh di tahun 2050 NOx-nya turun,” paparnya.

Ia juga menyebut bahwa setiap peningkatan 10 mikro gram per meter kubik PM2.5, berkaitan dengan peningkatan hampir 6% pneumonia. “Kalau SO2 (Sulfur Oksida) meningkat 10 mikro gram per meter kubik, ternyata berhubungan dengan peningkatan sekitar 7% pneumonia, demikian juga dengan PM10,” jelasnya.

Budi mengimbau agar jangan sampai polusi udara dibiarkan meningkat terus-menerus tanpa ada upaya radikal. “Kalau kualitas bahan bakarnya sudah ditingkatkan jadi Euro 4, polusi udara itu tertangani 45%-55%. Itu sebenarnya upaya yang radikal kalau kita bisa lakukan dan itu sangat berdampak kepada kesehatan kita semua dan biaya pengobatan,” pungkasnya. (Ifa/M-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya