Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PERUSAHAAN teknologi business to business (B2B), Ralali terus menunjukkan eksistensinya. Genap berusia 11 tahun, Ralali fokus fokus memanfaatkan teknologi artificial inteligent (AI) untuk mengembangkan lini usaha mereka. Salah satu terobosan Ralali ialah Ralali Food, inovasi Pangan berteknologi preservasi, dengan kapasitas Produksi mencapai 500.000 piece per bulan.
Founder sekaligus CEO Ralali, Joseph Aditya, menjelaskan bahwa terobosan bisnis produksi pangan yang disediakan oleh Ralali mampu mengintegrasikan berbagai layanan di dunia bisnis. Mulai dari produksi, pendanaan, distribusi, sampai sertifikasi dan perizinan.
“Sebagai pelopor masa depan pangan yang mengintegrasikan teknologi, cita rasa Indonesia, dan keberlanjutan, kami berharap bisa memberikan dampak signifikan tidak hanya bagi para pelaku bisnis makanan, tapi juga masyarakat luas,” ujar Adit dikutip Kamis (29/8).
Baca juga : Pemanfaatan AI yang Tepat Mampu Dukung Proses Pembelajaran Siswa
Dengan berbekal inovasi yang telah dipatenkan, Ralali Food membawa produk Ready Meals yang bisa bertahan hingga 12 bulan tanpa bahan pengawet di suhu ruang. Produk ini turut menawarkan kelebihan lainnya seperti hemat biaya, waktu penyajian, dan ruang penyimpanan tanpa perlu adanya cold storage.
Terdapat dua kategori produk Ralali Food, yakni Ready to Serve (RTS) yang ditujukan untuk para pemilik bisnis HoReCa (Hotel, Restoran, dan Cafe), agar lebih mudah menyajikan menu yang ditawarkan bagi para konsumen, hanya dengan memanaskan di microwave atau air panas. Dengan begitu, investasi di bagian dapur pun akan lebih efisien.
Sementara, produk Ready to Eat (RTE) bisa dinikmati langsung oleh konsumen, bahkan para pebisnis di bidang F&B bisa menciptakan menu RTE sendiri, dengan akses perluasan pasar nasional hingga internasional.Perluasan bisnis ini diluncurkan bersamaan dengan perayaan ulang tahun perusahaan yang ke-11 tahun.
Baca juga : AI Jadi Penentu Keberlanjutan Bisnis Perusahaan, Layani Chatbot Hingga Deteksi Fraud
“Ini menandai dimulainya dekade baru yang penuh semangat dengan tujuan menghadirkan solusi yang fokus pada pengembangan solusi yang lebih terarah dan komprehensif, khususnya di bidang industri pangan dan bisnis,” ujar Adit.
Selain itu, Ralali juga melakukan inovasi di bidang human recruitment (HR) memadukan teknologi AI. Program yang diberi nama Virgo oleh Ralali ini bisa membantu pemilik usaha mengatur sumber daya manusia (SDM) di setiap sektor usaha mereka.
“Ralali di tahun ke-11 ini terus berinovasi dan meninveskan banyak di riset dan pengembangan, dan tentunya masih relevan dengan permintaan di pasaran," ungkapnya.
Baca juga : Makanan Lokal Bisa Jadi Opsi untuk Bekal Bergizi untuk Anak Anda Lho
Ralali juga kerap berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti Braskita dalam penyediaan beras porang berkualitas tinggi, maupun Kokikit yang lebih krusial lagi dalam kerja sama manufaktur, yang selalu siap menghadirkan berbagai menu sesuai dengan preferensi klien bisnis.
Kolaborasi ini diyakini akan meningkatkan efisiensi bisnis Ralali. Meski ia tak menyebut berapa investasi yang digelontorkan, namun ia menyebut kerja sama bersama banyak mitra bisnis ini cukup menjanjikan, tanpa perlu berinvestasi dalam jumlah besar.
“Plus poinnya banyak banget, dan kami nggak perlu menambah banyak sumber daya manusia,” katanya.
Baca juga : Meta AI di WhatsApp Rilis Lebih Cepat untuk Akun Bisnis di Indonesia
CEO dan Co-Founder PT Kokikit Indonesia Teknologi, yang menjadi bagian dari kemitraan di dalam pengembangan Ralali Food, Andry Suhaili, mengungkapkan bahwa salah satu sektor terkuat dalam kerja sama ini adalah riset dan pengembangan pangan berteknologi. Bahkan, dengan kapasitas produksi sekitar 15.000 pc/hari, Ralali Food bisa mengembangkan ribuan menu.
Untuk membuat produk Ralali Food bisa disajikan dengan instan dan waktu penyimpanan yang relatif lama, Ralali mengandalkan dua proses, yakni teknologi mengeringkan dan sterilisasi, yang sudah dipatenkan. Hal ini berbeda dengan teknologi makanan beku, di mana bakteri biasanya hanya akan ‘tidur’ sementara.
“Untuk makanan kering, kadar airnya sudah tidak ada lagi, sehingga mikroba tidak bisa tumbuh. Teknologi ini sudah kami patenkan untuk nasi yang kami keringkan. Nah, untuk lauknya atau menu basah, makanan akan kami masak, kemudian dimasukkan ke dalam kemasan steril khusus yang tahan panas, kemudian kami sealed lalu kami masukan ke mesin sterilisasi bersuhu 121 derajat celcius, untuk membunuh bakteri yang berkembang di dalam kemasan,” kata Andry. (Z-8)
Nah kali ini kita akan membahas tentang produk-produk tersebut yang dibuat dengan bantuan bakteri. Seperti apa itu, simak penjelasan berikut ini.
Meski sama berasal dari genus Lactobacillus, Lactobacillus reuteri, dan Lactobacillus acidophillus ternyata sangat berbeda baik dari sisi manfaat, dosis, hingga tingkat keamanannya.
Bahan dasar dari pembuatan nata de coco yaitu air kelapa. Proses pembuatannya menggunakan teknik fermentasi.
Nasi merah, daging ayam, dan sayuran bisa diolah menjadi bekal makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, serat, dan vitamin B.
BEKAL makanan yang bergizi dan menggugah selera memiliki peran penting dalam mendukung tumbuh kembang anak. Ahli Gizi Esti Nurwanti menekankan bahwa ketidakteraturan
Orangtua tidak bisa mendampingi anak jajan di sekolah, sehingga baiknya biasakan anak membawa bekal makanan atau camilan
Jakarta dan sekitarnya memiliki banyak tempat menarik yang bisa dikunjungi tanpa harus mengeluarkan banyak uang.
Jika ingin membuat hidangan yang sederhana tanpa memasak banyak lauk, Hilga menyarankan para ibu membuat bihun goreng.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved