Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Rupiah Dipatok Rp16.100, Sri Mulyani: Pemerintah Hati-Hati dengan Gejolak Global

Insi Nantika Jelita
28/8/2024 13:16
Rupiah Dipatok Rp16.100, Sri Mulyani: Pemerintah Hati-Hati dengan Gejolak Global
Ilustrasi(Antara)

Meski saat ini nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami tren penguatan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan pemerintah tetap berhati-hati dalam menetapkan asumsi kurs rupiah di tahun depan. Menurutnya, gejolak ekonomi global masih akan terjadi dan memengaruhi kondisi di dalam negeri.

Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, rupiah dipatok Rp16.100 per dolar AS. Angka itu lebih tinggi dibandingkan perkiraan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2025 yang berada di rentang Rp15.300-Rp16.000.

"Kami melihat, dengan meletakkan di level Rp16.100, merupakan ekspresi kehati-hatian dari pemerintah terhadap ketidakpastian global," ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja (raker) dengan Komisi XI di Kompleks Senayan, Jakarta, Rabu (28/8).

Baca juga : RAPBN 2025: Jokowi Pede Rupiah Bisa Menguat ke Rp16.100

Faktor eksternal, katanya, amat menentukan pergerakan mata uang rupiah. Dalam tiga bulan terakhir rupiah mengalami tekanan akibat menguatnya dolar AS. Namun, dua minggu terakhir nilai tukar rupiah dan mata uang lainnya mengalami apresiasi karena melemahnya mata uang Paman Sam.

"Sepanjang Agustus ini memang rupiah mengalami apresiasi 5% hingga di bawah Rp16.000, tapi pemerintah masih berhati-hati," jelas bendahara negara.

Pemerintah menganggap dunia masih penuh ketidakpastian. Dengan menyusun RAPBN 2024 secara hati-hati, pemerintah berupaya menjaga postur penerimaan, belanja, dan pembiayaan tetap baik. Asumsi rata-rata imbal hasil surat berharga negara (yield SBN) tenor 10 tahun masih dipatok tinggi sebesar 7,1% dalam RAPBN 2025.

"Soal SBN, kita patok secara konservatif di 7,1%. Ini untuk menjaga tekanan dari yield obligasi AS dan ini menggambarkan kehati-hatian kita menciptakan buffer agar APBN tidak mudah melambung tinggi pada saat ketidakpastian global," pungkasnya. (Z-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Andhika
Berita Lainnya