Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
RENCANA pembatasan pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada 17 Agustus mendatang akan menambah beban masyarakat kelas menengah.
Direktur kebijakan publik Center of Economics and Law Studies (Celios) Media Wahyudi Askar menyampaikan kelompok menengah yang mengandalkan pertalite sebagai sumber bahan bakar utama, akan merasakan peningkatan biaya hidup jika akses terhadap BBM subsidi dibatasi. Hal ini diperparah dengan pendapatan atau upah masyarakat yang tidak meningkat.
"Beban kelas menengah semakin bertambah Pembatasan pertalite menyebabkan alokasi anggaran rumah tangga menjadi lebih ketat," ungkapnya kepada Media Indonesia, Rabu (10/7).
Baca juga : Menteri ESDM Ungkap Ada Usulan Harga Pertalite Naik
Dia menegaskan implementasi pembatasan BBM subsidi berdampak signifikan terhadap kelompok menengah yang mungkin sudah mengalami kesulitan ekonomi karena mereka berada diluar skema perlindungan sosial. Padahal disisi lain, kelompok ini adalah adalah kontributor pajak paling besar untuk Indonesia dengan perkiraan kelas menengah memiliki kontribusi sekitar 43% dari total konsumsi rumah tangga.
"Kelompok menengah posisinya semakin terhimpit. Bayar pajak lebih banyak, tapi subsidi yang mereka terima terbatas. Sementara, orang-orang super kaya diberi subsidi atau insentif gila-gilaan," terang Media.
Menurutnya, penting adanya insentif khusus pada kelas menengah agar mereka tidak masuk ke kelompok miskin. Misalnya, pemerintah bisa memperbanyak subsidi kesehatan atau mengakselerasi program rumah susun bersubsidi untuk kelas menengah. Subsidi juga bisa diberikan dalam bentuk diskon dan dukungan untuk transportasi umum seperti bus, kereta rel listrik (KRL) atau angkot.
Baca juga : Pemerintah Tegaskan Harga Pertalite dan Solar tidak Berubah
Dihubungi terpisah, ekonom dari Center of Reform on Economic (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mendorong pemerintah untuk memastikan agar pembelian subsidi BBM betul-betul diterima oleh kelompok yang membutuhkan. Bukan orang kaya yang terus menikmati pertalite.
"Pengaturan ini selain bersifat teknis, juga harus memastikan unsur keadilan ketika dijalankan pembatasan," kata dia.
Di satu sisi, Rendy menyebut jika pemerintah belum mampu memberikan stimulus bagi kelompok menengah yang sebelumnya belum pernah mendapatkan bantuan sosial, pemerintah perlu menahan harga BBM subsidi. Hal ini untuk menekan daya beli kelompok ini dan laju inflasi.
"Jika pemerintah menaikkan harga pertalite, maka efek yang ditularkan itu ke harga barang. Potensi kenaikan inflasi muncul ketika harga barang melonjak," tuturnya. (Ins/Z-7)
SpaceX dan Tesla, dua perusahaan terbesar milik Musk, diketahui menerima miliaran dolar AS dalam bentuk hibah pemerintah dan insentif lingkungan.
Menurutnya, permintaan KSAL agar TNI AL mendapatkan subsidi BBM sebagaimana yang diterapkan kepada Polri merupakan hal yang wajar.
POLEMIK pengurangan isi kemasan Minyakita dan penjualan di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) menjadi ironi di tengah upaya pemerintah menyediakan minyak goreng murah bagi rakyat.
ANGGOTA Komisi B DPRD DKI dari Fraksi PDI Perjuangan Pandapotan Sinaga, menegaskan subsidi air minum hanya pantas diberikan kepada masyarakat kecil.
Dalam revisi pergub juga akan diketahui siapa yang berhak menerima dan dinas apa yang mengawasi.
Pahala mengatakan, pemerintah harus memadankan data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) untuk menyalurkan uang terkait subsidi gas melon.
Pemerintah didorong untuk menginisiasi kebijakan yang bisa mendukung penciptaan lapangan kerja. Hal itu dinilai lebih baik dan krusial ketimbang menjalankan program Bantuan Subsidi Upah.
Apindo mendorong pemerintah fokus pada program jangka pendek, di antaranya mendorong stimulus konsumsi yang tepat sasaran, khususnya bagi kelas menengah.
Fenomena duck syndrome menggambarkan kondisi ketika seseorang tampak tenang di permukaan tetapi sebenarnya sedang berjuang keras di bawah tekanan yang berat.
EKONOM UGM, Wisnu Setiadi Nugroho, menyebutkan angka kemiskinan di Indonesia menunjukkan penurunan.
Penyebab terjadinya fenomena makan tabungan (mantab) adalah karena pertumbuhan pendapatan yang sangat tipis yang dibarengi kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari
Menurut dia, memang dampaknya temporer di waktu Ramadhan dan Lebaran saja. Pasca itu, biasanya daya beli akan kembali terkoreksi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved