Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PRESIDEN Joko Widodo (Jokowi) bersama Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman (Mentan Amran), meninjau bantuan pompa air di Desa Layoa, Kecamatan Gantarangkeke, Kabupaten Bantaeng. Presiden Jokowi optimistis pompanisasi akan mendongkrak produksi beras nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani secara signifikan.
Implementasi pompa, menurut Presiden mampu mendorong petani untuk meningkatkan indeks pertanaman dari satu menjadi dua atau tiga kali dalam setahun. Selain dapat menyuplai air secara lebih efisien dan tepat waktu ke lahan pertanian, pompanisasi diharapkan Presiden dapat mengatisipasi cuaca ektrim seperti El Nino yang menyebabkan kekeringan panjang.
“Petani tadi menyampaikan disini hanya panen sekali padahal tanahnya subur, ini karena airnya tidak ada, dengan adanya pompa, ini sudah tanam yang ke-2, kita harap nanti bisa masuk tanam yang ke-3, ini akan meningkatkan produktivitas beras kita secara nasional, arahnya kesana, dan juga untuk mengantisipasi kekeringan panjang yang terjadi disemua negara” ungkap Presiden Jokowi dikutip dari keterangan yang diterima pada Jumat (5/7).
Baca juga : Tinjau Pompanisasi di Bantaeng, Presiden: Upaya Antisipasi Kekeringan
Sebagai informasi, sebaran pompa di Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2019-2024 sejumlah 5.230 unit, sementara untuk Kabupaten Bantaeng dialokasikan 81 unit pompa di tahun ini. Presiden Jokowi mengatakan meski kebutuhan pompa di Kabupaten Bantaeng sejumlah 150 pompa, namun bantuan awal ini dipastikan akan sepenuhnya mendukung aktivitas produksi petani Kabupaten Bantaeng di lapangan.
“Saya menuju ke Kabupaten Bantaeng, untuk melihat pemasangan pompanisasi, pemasangan pompa-pompa, yang diberikan dari Kementerian Pertanian di Kabupaten Bantaeng sebanyak 80 pompa, keperluannya 150, tadi Pak Bupati menyampaikan butuhnya 150 sudah diberikan 80 pompa, ini akan meningkatkan produktivitas” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengatakan pompanisasi memungkinkan petani untuk menanam disepanjang musim. Ia menyebut pompanisasi merupakan solusi cepat mengantisipasi ancaman iklim seperti kekeringan yang berpotensi besar menurunkan produksi pangan.
Baca juga : Bantuan Beras 40 Ton untuk Korban Banjir Sulawesi Selatan Tiba di Luwu
“Saya selalu sampaikan bahwa sekarang kita perlu pompanisasi untuk memenuhi air dari sungai ke sawah. Mengapa? mustahil kita lolos dari krisis pangan kalau solusi cepat ini tidak kita lakukan. Ingat saat ini ada 50 negara yang mengalami kelaparan. Jangan sampai kita mengalami hal yang sama,” ujar Amran.
Menurutnya, pemerintah telah menargetkan capaian swasembada dan juga lumbung pangan dunia agar bisa dicapai dalam waktu cepat. Untuk itu, fokus kerja yang sedang dilakukan adalah memasang pompanisasi, mencetak sawah hingga mentransformasi pertanian tradisional ke pertanian modern.
“Dulu kita swasembada, 2017, 2019 dan 2020. Dan yang kita kerjakan ini adalah produk kebijakan serta kolaborasi bersama," kata dia.
Sebagai informasi, Luas Kabupaten Bantaeng sebesar 6.050 ha dengan Potensi sawah tadah hujan di Kabupaten ini mencapai 1.549 hektare. Dengan penambahan 81 unit pompa ini, diharapkan dapat meningkatkan produksi padi Kabupaten Bantaeng dari tahun sebelumnya. (Z-6)
Tujuan pompanisasi dan irigasi perpompaan adalah meningkatkan ketersediaan air agar budidaya pertanian berjalan dengan lancar.
Kementan aktif mendorong percepatan tanam padi dan program pompanisasi sebagai langkah antisipasi terhadap krisis pangan dan untuk mencapai kedaulatan pangan.
Yang menarik pada panen kali ini, Poktan ini menggunakan teknologi combine harvester untuk mempercepat proses panen dan meminimalkan kehilangan hasil.
Kementan menggencarkan program pompanisasi yang dianggap solusi tercepat mengatasi dampak kekeringan terhadap sektor pertanian.
Setelah menerima laporan kekeringan di Desa Rancadaka, Kecamatan Pusakanagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Kementan langsung gerak cepat mengerahkan bantuan pompa air.
Kementan membuka kontak darurat atau hotline pengaduan pompa bagi para petani yang mengalami kesulitan air akibat kekeringan.
Pemerintah resmi mengubah klasifikasi penjualan beras dari sebelumnya berdasarkan kualitas (medium dan premium) menjadi dua kategori baru.
Total proyeksi produksi beras sampai Agustus dapat mencapai 24,96 juta ton, sementara total konsumsi beras Januari-Agustus membutuhkan 20,66 juta ton.
Inspeksi bersama KPPU Kanwil I Medan, Disperindag Sumut dan Bulog menemukan produsen beras premium berhenti beroperasi akibat ketiadaan bahan baku.
Hingga saat ini tidak ditemukan indikasi beras oplosan di wilayah Kabupaten Brebes, dan kondisi tersebut akan terus dijaga.
Petugas gabungan Satgas Pangan di sejumlah daerah di Jawa Tengah terlihat turun dan mendatangi pasar tradisional dan langsung melakukan pengecekan para pedagang dan distributor beras.
kenaikan harga gabah dan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium yang tidak berubah mendorong pihak-pihak tertentu untuk melakukan pengoplosan beras
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved