Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Fakta bahwa penggunaan bahan bakar fosil adalah penyebab utama perubahan iklim telah dibuktikan secara ilmiah selama beberapa dekade. Pada gilirannya, kita tahu bahwa perubahan iklim membuat cuaca ekstrem yang merusak menjadi lebih mungkin sering terjadi dan lebih berbahaya.
Akan tetapi, berdasarkan sebuah laporan terbaru yang dirilis oleh lembaga pemikir Carbon Tracker pada Rabu (20/3), alih-alih menekan penggunaannya, semua perusahaan minyak dan gas (migas) besar malah merencanakan perluasan penggunaan bahan bakar fosil yang jelas-jelas menghasillan emisi dan dapat meningkatkan penaikan suhu Bumi. Padahal, dalam perjanjian iklim di Paris pada 2015 telah disepakati untuk membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celcius.
Penilaian terhadap 25 perusahaan bahan bakar fosil terbesar yang terdaftar oleh lembaga ini dirancang untuk memungkinkan investor menilai apakah perusahaan tersebut sejalan dengan tujuan iklim yang disepakati secara internasional. Ternyata hasilnya tidak ada satu pun yang ditemukan, menurut laporan itu.
Baca juga : COP 28 Tak Hasilkan Sikap Tegas untuk Atasi Krisis Iklim Global
“Perusahaan-perusahaan migas di seluruh dunia secara terbuka menyatakan bahwa mereka mendukung tujuan Perjanjian Paris, dan mengklaim menjadi bagian dari solusi dalam mempercepat transisi energi. Namun sayangnya, kami melihat saat ini tidak ada satupun yang sejalan dengan tujuan Perjanjian Paris, meskipun terdapat perbedaan yang jelas antarperusahaan.” kata Maeve O'Connor, Analis Minyak dan Gas, Carbon Tracker dan penulis laporan.
Laporan ini menilai perusahaan-perusahaan dalam skala A hingga H, dengan menggunakan kriteria termasuk investasi, rencana produksi, dan target emisi.
Nilai A berpotensi selaras dengan tujuan Perjanjian Paris tahun 2015 untuk membatasi kenaikan suhu “jauh di bawah” 2 derajat Celcius dan jika mungkin pembatasan yang lebih aman yaitu sebesar 1,5 derajat Celcius.
Baca juga : Kritik pada Kesepakatan Rancangan Iklim COP28 yang Kurang Komitmen Penghentian Bahan Bakar Fosil
Nilai H, menurut Carbon Tracker, adalah yang terjauh dari tujuan Paris, dengan aktivitas dan strategi yang lebih konsisten dengan bencana pemanasan sebesar 2,4C atau lebih buruk lagi.
Laporan tersebut menemukan bahwa perusahaan dengan skor tertinggi adalah BP (British Petrolium) Inggris, dengan peringkat D. Di urutan terbawah daftar itu adalah perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco, Petrobras dari Brasil, dan ExxonMobil dari AS, semuanya diberi peringkat G. Sedangkan perusahaan AS Conoco Phillips diberi peringkat H.
Menurut laporan itu hampir semua perusahaan migas yang dinilai merencanakan pengembangan baru dan peningkatan produksi bahan bakar fosil dalam waktu dekat.
Baca juga : Perubahan Iklim Dituding Penyebab Kekeringan Ekstrem di Irak, Iran, Suriah
Upaya transisi
Hanya BP yang merencanakan penurunan dalam jangka panjang, sementara Repsol, Equinor, dan Shell memperkirakan tingkatnya akan tetap sama.
Namun, BP tahun lalu mengatakan emisi karbonnya tidak akan turun secepat yang diperkirakan, karena mereka mencatat rekor keuntungan tahunan berkat melonjaknya harga minyak dan gas.
Baca juga : Konsultan COP28, McKinsey Dorong Kepentingan Klien Perusahaan Migas
Perusahaan tersebut mengatakan emisi karbon dari produksi minyak dan gas akan turun antara 20-30% pada tahun 2030.
Raksasa minyak dan gas asal Inggris, Shell, pekan lalu juga merevisi target pengurangan emisi karbonnya, meski mereka bersikeras mengupayakan transisi yang seimbang dan teratur dari bahan bakar fosil ke energi rendah karbon.
Dengan kenaikan suhu sebesar 1,2C sejauh ini, masyarakat di seluruh dunia sudah menghadapi dampak iklim yang mematikan dan berdampak buruk secara ekonomi, dimana suhu global pada tahun lalu mencapai rekor terpanas, sehingga memperparah kebakaran hutan, badai, dan kekeringan yang dapat merusak tanaman.
Baca juga : Rencana Produsen Bahan Bakar Fosil Ancam Batas Pemanasan Global
Pada konferensi iklim PBB COP28 pada Desember, hampir 200 negara menyetujui seruan transisi dari bahan bakar fosil dan peningkatan kapasitas energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat pada dekade ini.
Namun, berdasarkan laporan ini, industri migas telah memperjelas rencana mereka untuk bertahan selama mungkin menggunakan bahan bakar yang tidak ramah terhadap lingkungan tersebut.
Kepala Eksekutif Saudi Aramco, Amin Nasser mengatakan pekan ini bahwa dunia harus meninggalkan fantasi penghapusan bahan bakar fosil secara bertahap dan sebaliknya berinvestasi pada migas, yang menurutnya, mencerminkan asumsi permintaan yang realistis. (AFP/M-3)
Studi terbaru mengungkap populasi burung tropis turun hingga 38% sejak 1950 akibat panas ekstrem dan pemanasan global.
Studi Nature ungkap pemanasan global tingkatkan fotosintesis darat, tapi lemahkan produktivitas laut. Hal itu berdampak pada iklim dan rantai makanan global.
Komitmen terhadap pengelolaan lingkungan berkelanjutan harus ditegakkan secara konsisten demi menjawab ancaman serius akibat pemanasan global.
Riset terbaru mengungkap pemanasan global membuat ribuan meteorit tenggelam di bawah es Antartika setiap tahun.
Mencairnya gletser memuci letusan gunung api yang lebih sering dan eksplosof, yang memperparah krisis iklim.
Penelitian terbaru mengungkap hilangnya hutan tropis menyebabkan pemanasan global berkepanjangan setelah peristiwa Great Dying 252 juta tahun lalu.
Terpidana kasus penganiayaan berat terhadap David Ozora, Mario Dandy Satriyo, mendapatkan remisi atau pengurangan masa hukuman selama 6 bulan dalam rangka peringatan HUT ke-80 RI
Sebanyak 376 warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB, Kota Sorong, Papua Barat Daya, menerima remisi pada HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.
1.519 narapidana di lembaga pemasyarakatan (Lapas) Salemba, Jakarta, memperoleh remisi kemerdekaan. Diantaranya Gregorius Ronald Tannur
MA sempat mengabulkan upaya hukum luar biasa atau PK yang diajukan terpidana kasus KTP elektronik yanh juga mantan Ketua DPR RI, Setya Novanto ini.
Rika mengatakan pihaknya hanya menjalankan putusan pengadilan, dalam hal ini vonis Mahkamah Agung atas permohonan peninjauan kembali (PK) yang diajukan Setnov.
Kepala Lapas Kelas II B Cianjur, Eris Ramdani, mengatakan remisi atau pengurangan masa pidana diberikan kepada warga binaan yang telah memenuhi persyaratan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved