Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Solopreneur di Indonesia Bisa Jadi Pendorong Masa Depan Ekonomi Digital

Media Indonesia
30/1/2024 06:36
Solopreneur di Indonesia Bisa Jadi Pendorong Masa Depan Ekonomi Digital
Dr. Pieter Abdullah, Executive Director Segarra Research Institute.(Ist)

Saat ini kita berlayar di lautan transformasi digital yang luas. Generasi muda yang melek teknologi menjadi tenaga utama ekonomi digital Indonesia, dan membuat ekonomi digital Indonesia tumbuh dengan pesat.

Dengan teknologi, Indonesia diperkirakan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dengan nilai Gross Merchandise Value (GMV) sekitar $110 miliar pada tahun 2025 (e-Conomy SEA oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, 2023).

Pernyataan tersebut disampaikan Dr. Pieter Abdullah, Executive Director Segarra Research Institute, dalam keterangan, Senin (29/1/2024)

Baca juga: Solopreneur Iwet Ramadhan: Atasi Ketakutan Kunci Sukses dalam Bisnis

"Peningkatan yang pesat ini mendorong perubahan di berbagai sektor, dan salah satu perubahan yang paling menarik adalah munculnya solopreneur yang menjangkau berbagai bidang mulai dari jasa, kriya, seni, app developers hingga para pembuat konten digital, seperti para influencer di platform digital seperti YouTube, Instagram, dan TikTok," jelas Pieter.

Usaha pembuatan konten mengalami pertumbuhan yang luar biasa, didorong oleh peningkatan digitalisasi dan konektivitas yang lebih lancar, sehingga memperluas penonton konten digital.

Apa itu Solopreneur dan keunikannya Solopreneur

Pengusaha mandiri dalam sektor UMKM—mengukir jalan kewirausahaan yang unik. Mereka membangun usaha independen, tidak sekadar bekerja lepas, melainkan memupuk bisnis berkelanjutan dalam skala yang lebih personal.

"Sinergi antara usaha digital dan pekerjaan konvensional menciptakan ekonomi paruh waktu yang robust," ujar Pieter.

Baca juga: Pevita Pearce Beri Trik Hyperfocus Capai Kesuksesan sebagai Solopreneur

Data terkini dari BPS menunjukkan ada 34,13 juta pekerja lepas di Indonesia, dengan proyeksi meningkat menjadi 117,24 juta wirausahawan pada 2030, mencerminkan korelasi langsung antara pertumbuhan UMKM dan ekonomi digital yang berpotensi mengubah lanskap ekonomi negara.

Indeks Solopreneur Indonesia

"Dalam riset buku putih berjudul, "Solopreneur: Potensi Kekuatan Baru Ekonomi Indonesia" oleh Segara Research Institute yang bekerja sama dengan Bank Saqu, kami mendapatkan wawasan bahwa solopreneur di Indonesia akan mengalami pertumbuhan yang signifikan, dengan proyeksi mencapai 117,24 juta individu pada tahun 2030 dari 34,13 juta pada tahun 2023," papar Pieter.

"Pertumbuhan ini konstan dan mengesankan, menggarisbawahi potensi solopreneur sebagai motor penggerak ekonomi digital," katanya.

Laporan tersebut juga menyoroti Pulau Jawa sebagai pusat bisnis yang mapan, berkat demografi yang padat dan infrastruktur yang berkembang.

Lebih dari setengah penduduk Indonesia memilih Jawa sebagai basis operasional, menunjukkan pulau ini sebagai tempat yang kondusif untuk inovasi dan kegiatan wirausaha.

Informasi strategis ini memberikan panduan yang berharga bagi pembuat kebijakan dan investor untuk meningkatkan pertumbuhan solopreneur, yang pada gilirannya akan memperkuat fondasi ekonomi digital di Indonesia.

Kontribusi Ekonomi dan Pertumbuhan Solopreneur

UMKM diakui sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia, dengan kontribusi signifikan terhadap PDB. Namun, solopreneur—walaupun sama pentingnya—sering terabaikan.

Pada tahun 2023, tercatat 34,13 juta pekerja lepas dan pekerja sampingan yang menyumbang hampir sepertiga PDB negara.

Laporan yang sama memproyeksikan bahwa pada tahun 2030, sepertiga penduduk Indonesia akan terjun ke solopreneurship, entah sebagai karier utama atau sekadar pekerjaan sampingan, termasuk mereka yang sudah memiliki pekerjaan tradisional.

Diperkirakan pula bahwa kontribusi mereka terhadap PDB akan meningkat menjadi 36% pada tahun 2030. Kendala yang dihadapi, seperti pendapatan tidak stabil dan kompleksitas pengelolaan keuangan, menjadi isu penting yang perlu ditangani.

Baca juga: Kewirausahaan Harus Ditumbuhkan di Kalangan Muda sejak Dini

Proyeksi optimis terlihat dalam kontribusi solopreneur terhadap penciptaan lapangan kerja, dengan angka yang mengesankan sebesar 52,35% pada tahun 2022, dan diperkirakan akan bertumbuh sedikit menjadi 52,44% pada tahun 2030.

"Angka ini menegaskan peran vital solopreneur dalam mendukung dan mengembangkan ekosistem kerja nasional, terutama seiring dengan kemajuan ekonomi digital," terang Pieter.

Merespons kebutuhan finansial yang unik dari solopreneur

Lebih lanjut, kehidupan yang baik tidak hanya ditentukan oleh sosio-ekonomi saja, namun dapat pula ditentukan oleh bagaimana mereka dapat berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Bagaimana mereka juga ingin melakukan lebih banyak hal, dari yang setiap hari mereka lakukan, dan mendorong mereka untuk mencari cara agar dapat menabung lebih banyak, berinvestasi lebih banyak atau bahkan mengambil pinjaman yang digunakan untuk upaya produktif, sehingga dapat mencapai lebih banyak hal di masa depan.

Dalam perjalanan membangun bisnis yang berkelanjutan, solopreneur seringkali menghadapi tantangan untuk mendapatkan akses ke layanan keuangan yang fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Di sinilah pendekatan inovatif dari institusi keuangan modern, salah satunya studi kasus yang menarik adalah Bank Saqu yang baru saja diluncurkan oleh Astra Financial dan WeLab pada bulan November 2023.

Baca juga: Ini Pentingnya Backup Data Dalam Transformasi Digital Pelaku UMKM

"Yang secara gamblang memposisikan dirinya sebagai solusi perbankan dengan layanan digital yang didesain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat “berjiwa” solopreneur. Kita butuh bank digital yang fokus pada pengembangan usaha kecil, hal ini menjadi krusial," jelas Pieter.

Bank wajib memahami dinamika unik solopreneur dan menyediakan solusi yang memudahkan mereka untuk mengelola keuangan, dari tabungan yang memberikan insentif untuk investasi hingga pinjaman yang dirancang untuk mempercepat pertumbuhan bisni

Seluruh layanan ini disajikan dengan cara yang intuitif dan mudah diakses, mencerminkan komitmen bank untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia yang inklusif.

"Kesimpulannya, munculnya solopreneur di Indonesia lebih dari sekadar tren ekonomi; ini adalah gerakan transformatif menuju ekonomi digital yang inklusif dan berkembang. Sebagai kolektif, dukungan dan pemahaman kita terhadap fenomena ini sangat penting untuk masa depan ekonomi bangsa," tutur Pieter. (S-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik