Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

PBA Analisis Potensi UMKM pada 2024

Media Indonesia
07/1/2024 13:51
PBA Analisis Potensi UMKM pada 2024
Seminar Bisnis Awal Tahun bertajuk Mempersiapkan Produk dan Membangun Pasar Ekspor UMKMvia Zoom Meeting.(Dokpri.)

KETUA Umum Perkumpulan Bumi Alumni (PBA) Ary Zulfikar menyajikan analisis mengenai potensi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di awal 2024. Hal itu disampaikan Ary saat menjadi pembicara di Seminar Bisnis Awal Tahun bertajuk Mempersiapkan Produk dan Membangun Pasar Ekspor UMKM. Seminar via Zoom Meeting ini diselenggarakan oleh PBA bersama RamTV pada Kamis (4/1/2024).

Ia memulai presentasinya dengan optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini. "Pertumbuhan ekonomi kita cukup menggembirakan pada 2023. Di tengah ketidakpastian yang masih dirasakan oleh negara-negara Eropa dan Amerika akibat pascapandemi, Indonesia berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5%," ujar pria yang akrab disapa Azoo ini.

Menurut Direktur Eksekutif Hukum Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) tersebut, pertumbuhan ekonomi turut disumbangkan oleh sektor UMKM. Hal ini terlihat dari kontribusi UMKM terhadap pembentukan PDB mencapai 61,1% per tahun. Meskipun sempat mengalami penurunan, lanjut Azoo, UMKM tetap bertahan dan menerima berbagai kebijakan untuk mempermudah operasional mereka selama masa pandemi.

Baca juga: Pekan Pertama 2024, Terjadi Arus Masuk Dana Investor Asing di Pasar Keuangan Rp8,61 Triliun

Azoo lantas menyoroti perbandingan angka UMKM di Indonesia yang secara statistik memiliki nilai terbesar di Asia Tenggara. "Potensi UMKM kita sangat besar, unggul di antara negara-negara sejenis seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina," ungkapnya. Kendati demikian, ia menitikberatkan perhatian pada tantangan utama yang dihadapi pelaku UMKM, terutama terkait dengan permodalan dan pemasaran.

Dalam konteks permodalan UMKM, ia menilai informasi mengenai sumber pendanaan usaha sangat minim di kalangan pelaku UMKM. Selain itu, syarat kredit bank, yang dinilai memiliki mekanisme credit scoring kurang mengakomodasi business cycle dari UMKM, juga menjadi kendala. Literasi keuangan yang minim di kalangan pelaku UMKM turut memengaruhi penilaian lembaga keuangan terhadap kelayakan kredit, seperti kurangnya perhatian pada laporan keuangan dan pencampuran keuangan pribadi dengan usaha.

"Mekanisme penilaian kredit biasanya pasti akan melihat laporan keuangan. Persoalannya, banyak dari pelaku UMKM, terutama yang beroperasi di sektor mikro, kurang memahami cara mengelola keuangan dengan baik, sehingga tidak ada data atau riwayat transaksi yang memadai," tuturnya. "Inilah yang perlu dipelajari oleh pelaku UMKM, yaitu mengelola penerimaan dengan baik dan memisahkan keuangan usaha dari pribadi," tambah Azoo. Survei Bank Indonesia mengindikasikan bahwa masalah akses ke permodalan masih signifikan. Sekitar 69,5% UMKM belum mendapatkan kredit dari bank atau lembaga keuangan lain. Menurut Azoo, hal ini menyebabkan kesenjangan UMKM di Indonesia yang mencapai Rp1.605 triliun. 

Baca juga: Investree Bantah Kabar akan Tutup

Tantangan UMKM selanjutnya ialah pemasaran produk. Azoo menyadari bahwa UMKM membutuhkan merek yang kuat melalui pemasaran. Namun, biaya promosi yang tinggi menjadi kendala utama. Oleh karena itu, ia mendorong pelaku UMKM untuk memanfaatkan marketplace dalam dunia digital. Untuk memperluas skala pemasaran ke tingkat global, Azoo mengatakan pemilihan marketplace yang tepat dapat membantu usaha tumbuh lebih baik. Ia menyarankan agar pelaku UMKM memilih marketplace yang tidak hanya terbuka dan dapat diakses oleh pasar lokal, tetapi juga pasar internasional. "Jika ingin menyasar ke Korea Selatan, kita disarankan untuk memasarkan produk tidak hanya di Tokopedia yang beroperasi di Indonesia. Begitu juga jika kita ingin masuk ke pasar di Jepang, Malaysia, Singapura, dan negara lain," tutur Azoo.

Founder Sinergi Sejuta UMKM (SSU) Cucuk Sumardiono dan CEO RAMtivi dalam seminar itu juga menyampaikan program yang selama ini digagas, yaitu Sinergi Sejuta UMKM, sejak 2018. Salah satu kegiatannya yaitu melakukan pendampingan dan pemberdayaan UMKM di seluruh Indonesia. Hingga hari ini tercatat ada 16 ribu lebih yang tergabung dalam kegiatan program dan yang aktif berjualan ada 6.000-an. "Kebetulan kami beberapa bulan terakhir ini melakukan edukasi #JanganTakut ekspor. Hingga hari ini sudah kelas ke-3 yang jumlahnya 650-an orang. Mengambil nama #JanganTakutEkspor harapannya agar teman-teman UMKM berani melangkah menuju ekspor. Dengan tujuan yang sama bersama teman-teman PBA, acara ini terselenggara untuk berkolaborasi mengawali apa saja prospek ekspor 2024. Semoga ke depan bisa berkolaborasi terutama dengan jejaring PBA yang pernah berhasil di Malaysia, menjalin kerja sama dengan Korea Selatan, bahkan Kang Azoo sebagai ambassador bisa membawa ke San Marino."

Hadir sebagai penanggap ialah pegiat UMKM dan pemerhati koperasi yang juga Ketua Bidang Hubungan Antarlembaga PBA Dewi Tenty. Ia menyoroti kemudahan berusaha salah satunya dengan dibolehkan membuat PT perorangan sebagaimana diatur dalam UU Cipta Kerja. Selain itu, ia memberikan fakta menarik yang bisa ditangkap oleh UMKM sebagai peluang yaitu penetapan bawang goreng sebagai bumbu terenak di dunia versi Taste Atlas. Dalam menambah kemenarikan produk, katanya, penting juga membuat narasi sehingga konsumen bisa mengetahui hal-hal unik yang terjadi dalam proses terciptanya produk. (RO/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya