Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
DALAM pidato di Spelman College, Georgia pada Jumat (1/12), Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, Jerome Powell memberikan peringatan bahwa sekarang masih terlalu dini untuk menyimpulkan dengan yakin kebijakan moneter yang ada saat ini telah bersikap membatasi atau ketat.
Namun, juga masih terlalu awal untuk berspekulasi mengenai kapan kebijakan moneter akan dilonggarkan. Powell menambahkan, setelah mencapai kemajuan yang begitu cepat, pihaknya akan bergerak maju dengan hati-hati dalam melakukan pengetatan atau pelonggaran kebijakan. Posisi saat, ini keduanya menjadi seimbang.
Meski demikian, The Fed siap untuk memperketat kebijakan lebih lanjut apabila diperlukan. Powell melanjutkan bahwa saat ini The Fed tidak perlu terburu-buru lagi dalam perihal kebijakan moneter, karena sudah bergerak dengan cepat dan tegas.
"Sejauh ini, The Fed sudah mendapatkan apa yang ingin mereka dapatkan, dan sekarang harus bergerak dengan hati-hati," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Senin (4/12).
Dalam pidatonya, Powell mengatakan pasar tenaga kerja AS masih sangat kuat, meski dalam beberapa hari terakhir mulai terjadi perlambatan. Tampaknya perekonomian mulai kembali kepada keseimbangan yang lebih baik antara permintaan dan penawaran ketenagakerjaan.
Meski Powell mengatakan demikian, pasar menilai lain. Menurut pelaku pasar dan investor, mereka menilai The Fed mulai membuka pintu untuk melakukan perubahan.
Baca juga:
> Investasi Naik, Ekonomi Amerika Serikat Kuartal III Tumbuh 5,2%
> Konflik Geopolitik, Pasar Pantau Gerak Kebijakan Moneter AS dan Jepang
"Hal ini telah mendorong peningkatan probabilitas pemangkasan tingkat suku bunga The Fed pada tahun depan," kata Nico.
Sebelumnya, probabilitas penurunan tingkat suku bunga The Fed pada tahun 2024 diprediksi akan terjadi pada semester II-2024. Namun sekarang, probabilitas The Fed pada bulan Maret langsung naik hingga 60%, Mei naik menjadi 74,5%, Juni naik hingga 83,5%, Juli turun menjadi 82%, dan Agustus naik hingga 83,3%.
"Tentu hal ini menjadi perhatian, karena pelaku pasar dan investor yang semakin yakin ini yang telah mendorong imbal hasil US Treasury 2y turun 15 bps, menjadi 4,53%, level terendah sejak bulan Juni dan imbal hasil US Treasury 10y turun hingga 4,19%," kata Nico.
Begitupun dengan indeks saham Amerika Dow Jones yang ditutup +0,82%, S&P 500 +0,59%, dan Nasdaq Composite +0,55%. Banyak pelaku pasar dan investor mulai yakin tingkat suku bunga akan turun dan harga obligasi akan naik.
Sejauh ini Powell hanya mengingatkan untuk jangan terlena, karena situasi dan kondisi belum terkendali sepenuhnya. Meski inflasi turun dan ketenagakerjaan mengalami keseimbangan, namun inflasi inti AS masih cukup tinggi.
Hal ini membuat Powell khawatir bahwa pelaku pasar dan investor menaruh ekspektasi yang terlalu tinggi kepada penurunan tingkat suku bunga lebih awal.
Pekan depan juga akan rilis data Change in Nonfarm Payrolls yang diproyeksi naik, begitupun dengan Change in Manufacture Payrolls. Sedangkan ada data Unemployment Rate yang diprediksi akan sama di level 3,9%.
"Masih ada satu pekan lagi sebelum pertemuan The Fed pada tanggal 12-13 Desember," kata Nico. (Z-6)
Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, memperingatkan kebijakan tarif Presiden Donald Trump menciptakan situasi ekonomi yang belum pernah dihadapi dalam sejarah modern.
Pasar saham AS mengalami penurunan tajam dengan Dow Jones anjlok hampir 1.000 poin akibat meningkatnya ketidakpastian kebijakan ekonomi.
Presiden Donald Trump menyatakan tidak berniat memecat Ketua Federal Reserve Jerome Powell, meskipun sebelumnya mengkritik tajam dan menyebut Powell sebagai “pecundang besar.”
Presiden AS Donald Trump menyebut Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell telah merugikan perekonomian AS karena menolak menurunkan suku bunga acuan.
Isyarat The Fed menaikan suku bunga membuat nilai tukar mata uang dolar Amerika Serikat melonjak ke level tertinggi.
Pertemuan dewan gubernur Bank Sentral AS akan menentukan langkah The Fed untuk menahan atau menaikan suku bunga.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) berkomitmen untuk terus mendukung perekonomian nasional. Ini dilakukan perseroan melalui pemberdayaan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Penutupan sebagian pemerintah AS (shutdown) selama lima pekan, merusak kinerja ekonomi domestik pada kuartal I 2019. Namun, dampak gangguan diprediksi akan segera pulih.
Suku bunga saat ini "sesuai", kata Powell dalam sebuah wawancara luas, acara berita selama 60 menit di CBS tv.
Tingkat pinjaman kepada perbankan umum akan dipangkas 35 basis poin (bps) menjadi 5,40%. Penurunan itu menjadi level terendah sejak 2010.
Inflasi di negara ekonomi terbesar ketiga dunia itu naik 4% secara tahun ke tahun (YoY), kenaikan paling tajam sejak 1981.
BANK of England telah menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak akhir 2008, pasalnya mereka terus memerangi inflasi yang sangat tinggi di Inggris.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved