Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Perkembangan Industri Kopi Indonesia Perlu Dirawat Hingga Jadi Eksportir Utama

Ghani Nurcahyadi
19/11/2023 23:01
Perkembangan Industri Kopi Indonesia Perlu Dirawat Hingga Jadi Eksportir Utama
Salah satu sesi diskusi di ajang Jakarta International Coffee Conference(Dok. JICC)

SEKRETARIS Jenderal Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (AKSI Gusti Laksamanan mengatakan, industri kopi di tanah air menunjukkan perkembangan dalam 4 tahun terakhir. Hal ini perlu dirawat dengan baik agar pertumbuhan konsisten dan Indonesia menjadi eksportir kopi kelas dunia.

"Walau booming kopi di Indonesia belum sampai 5 tahun, kita harus bangga mengingat secara produktivitas Indonesia menempati 4 besar dunia sebagai penghasil kopi. Namun demikian kita jangan terlena mengingat secara luas lahan Indonesia menempati peringkat 2 dunia namun secara produktivitas belum menempati posisi 2 besar" kata Gusti Laksamana di Jakarta International Coffe Conference (JICC) yang digelar di Sarinah, Jakarta.

Menurut Gusti, untuk memacu produktivitas kopi sekaligus menjaga cita rasa kopi khas Indonesia, akses petani kopi perlu terus diperluas dan dipermudah.

Baca juga : Merayakan Keragaman dan Proses Pembuatan Kopi Indonesia di Jakarta International Coffee Conference

Ia ingin Indonesia bisa menjadi seperti Vietnam yang walaupun punya luas lahan yang lebih kecil dari Indonesia, tapi mampu menjadi penghasil kopi nomor dua di dunia.

"Ini menjadi refleksi diri bagi pemerintah, Indonesia yang memiliki lahan yang sangat luas hampir mencapai 2 juta kilo meter persegi, namun secara produktivitas kopi tertinggal jauh dari Vietnam yang hanya memiliki luas tak sampai 350 ribu kilometer persegi,"  jelas Gusti.

Baca juga : Dukung Digitalisasi UMKM, Grup MIND ID Berdayakan Masyarakat Petani Kopi

Pelaku eksportir kopi, Yuanita Rachma mengatakan, kopi Indonesia sebenarnya sudah mulai dilirik importir dari negara lain, bahkan ada yang dihargai hingga US$86 per pon.

Yuanita mengapresiasi ajang JICC yang mempertemukan eksportir kopi Indonesia dengan para regulator hadir, sehingga dapat mengetahui perkembangan terkini dari regulasi dibidang kopi yang baru diterbitkan.

Bicara soal kopi di Indonesia, Yuanita melanjutkan bahwa saat ini permintaan kopi Indonesia di asia dan eropa tetap tinggi. 

"Swiss selalu melakukan permintaan kopi luwak, Jepang selalu mengimport kopi jenis longberry dan komasti. Begitu juga Korea akan mulai mengimpot kopi dari Indonesia  pada Desember 2024," papar Yuanita.

Selain negara-negara yang disebutkan sebelumnya, eksportir kopi Indonesia, papar Yuanita Rachma juga telah melakukan pengiriman kopi ke negara Jerman, Malaysia, Amerika serikat, Lebanon serta beberapa negara lainnya.

Jika dibandingkan dengan Vietnam sebagai kompetitor penghasil kopi dunia saat ini, Indonesia dimata importir kopi asal eropa dan asia, jelas Yuanita memiliki citra yang lebih baik dari sisi kualitas kopi. 

"Saat ini di Vietnam ditemukan zat tertentu di pupuk yang berlebihan pada lahan kopi. Importir saat ini melarang membeli kopi dari Vietnam mengingat di negara-negara pembeli, zat kimianya telah melewati ambang batas," tandas Yuanita.

Adapun kopi Indonesia sendiri relatif lebih aman dikonsumsi masyarakat dunia mengingat lebih natural atau organik proses. 

Namun demikian, urai Yuanita , petani kopi Indonesia harus merubah pola lama yang cenderung hanya memanen hasil tanpa memikirkan teknologi bercocok tanam yang baik. (Z-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya