Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) berupaya mengembalikan kejayaan perkebunan Indonesia. Dalam upaya itu, Kementan melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan menjalankan program Perkebunan Partisipatif (Pasti).
Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman yang meminta jajarannya agar terus meningkatkan kualitas mutu komoditas perkebunan yang bernilai tambah dan berdaya saing. Hadirnya program Pasti, dapat mendorong terciptanya investasi baru sehingga tercipta kemudahan akses varietas unggul, informasi pasar ekspor, promosi, dan lainnya.
”Program Pasti merupakan pengembangan perkebunan berbasis kolaborasi bersama antara pemerintah dengan semua insan perkebunan, baik pelaku swasta maupun perkebunan rakyat. Untuk memajukan perkebunan, kolaborasi antar pihak perlu terus dilakukan dan dioptimalkan,” ungkap Direktur Jenderal Perkebunan Andi Nur Alam Syah saat mewakili Mentan di acara peluncuran Kawasan Perkebunan Organik Partisipatif Komoditas Perkebunan dan Percepatan Tata Kelola serta Penguatan Usaha Berbasis Korporasi Petani (Pala Pusaka) di Pasuruan, Jawa Timur, Kamis (2/11).
Baca juga: Kementan Tingkatkan Ekonomi Nasional dari Perkebunan dengan Pasti
Dengan program Pasti, pengembangan perkebunan tak semata-mata mengandalkan penganggaran APBN. ”Program untuk memenuhi kebutuhan benih dalam kegiatan budidaya tanaman perkebunan sekitar 40% dari total investasi. Kami ingin mengajak sektor swasta bersama-sama membangun dan mengembalikan kejayaan perkebunan," ujar Andi Nur.
Dia mengatakan, program pengembangan kawasan seperti yang dilakukan Kementan melalui pengembangan perkebunan di Provinsi Jawa Timur ini merupakan program jangka panjang. Program dirancang guna mampu meningkatkan nilai ekonomi produk organik Indonesia agar mampu berdaya saing di tingkat internasional. Komoditas yang dikembangkan tidak hanya kopi, namun juga komoditas perkebunan lainnya.
"Program dilakukan guna mendukung pembangunan perkebunan nasional dengan skema non APBN. pemerintah saat ini sedang menyusun naskah akademik untuk pembentukan badan pengelola dana perkebunan, konsepnya seperti Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), nantinya akan ada badan pengelola keuangan khusus komoditas perkebunan non sawit," ujarnya.
Baca juga: Program Peremajaan Sawit Rakyat Perlu Diperkuat untuk Jaga Produksi
Andi Nur menambahkan, pihaknya juga akan memperkuat komoditas rempah nusantara. Indonesia timur kaya akan rempah-rampah pada masa lampau, salah satunya komoditas pala.
"Untuk mengembangkan komoditas pala, kita akan melakukan sertifikasi dan bimtek baik untuk penerapan standar mutu melalui teknik budidaya yang baik dan benar (Good Agricultural Practices/GAP) maupun penanganan pasca panen (Good Handling Practices/GHP) untuk pengembangan komoditas pala. Pala menjadi salah satu komoditas perkebunan yang kini dikembangkan untuk menjadi bisnis dengan paradigma sustainability, artinya memiliki prospek usaha yang berkelanjutan," ujar Andi Nur.
Sebagai informasi, Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan telah memulai pengembangan kawasan perkebunan organik sejak 2016, dan pada 2023 ini telah membina 197 siap sertifikasi desa dengan luas 5.370,79 hektare, 118 desa telah disertifikasi dengan luas 3.558,23 hektare dan 79 desa dalam proses sertifikasi dengan luas 1.812,56 hektare.
Baca juga: Bappebti Usulkan Insentif Fiskal untuk Tarik Minat di Bursa Kelapa Sawit
Untuk wilayah Jawa Timur melalui Balai Besar Proteksi dan Perbenihan Tanaman Perkebuann (BBPPTP) Surabaya berkontribusi telah membina 25 Desa Pertanian Organik yang tersertifikasi dengan luas 553,85 hektare.
Saat ini produk perkebunan organik yang telah dihasilkan dari periode 2016 sampai 2023 sebanyak 3.033,33 ton yang disumbang dari komoditas kayu manis 625,73 ton, teh 69,75 ton, kopi 1.572,21 ton, jambu mete 86,90 ton, aren 51,17 ton, kakao 173,57 ton, kelapa 625,73 ton, lada 21,94 ton dan pala 416,56 ton.
Pada kesempatan yang sama Pj Bupati Pasuruan Andriyanto menegaskan bahwa perkebunan di Pasuruan cukup menjanjikan. Untuk itu, pemerintah pusat, provinsi, maupun kabupaten harus hadir mengoptimalkan branding maupun pemasaran produk hasil perkebunan, tentunya disertai dengan inovasi.
”Inovasi harus berdampak. Program Pasti atau pengembangan kawasan organik ini harus kita apresiasi, namun kedepannya diharapkan agar terus berdampak dan harus terus berjalan. Dibuktikan dengan upaya-upaya untuk meningkatkan mutu produktivitas,” ujar Andriyanto.
Pada momen ini turut dilakukan penyerahan bantuan oleh Dirjen Perkebunan Kementan kepada penerima bantuan di antaranya Kelompok tani (KT) Java Ijen Bondowoso berupa sertifikat organik SNI dan UE, KT Ampel Sari Makmur I berupa alat pasca panen, KT Sekar Arabica berupa bantuan benih kopi arabica 30.000 batang, KT Ampel Sari Makmur II dan KT Sumber Makmur berupa pestisida nabati 1.000 liter serta KT Salah Hutu dan KT Lei Timur berupa benih pala. (RO/S-3)
Hadirnya program terobosan perkebunan partisipatif dapat mendorong terciptanya investasi baru yang memudahkan akses varietas unggul, informasi pasar ekspor, promosi, dan lainnya.
PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas insiden yang terjadi pada Kamis, (15/5), di Desa Kaligedang, Bondowoso, Jawa Timur.
BAKN DPR RI melakukan kunjungan kerja ke PTPN I Regional 2. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai dukungan terhadap keberlanjutan program strategis Tanam Sejuta Pohon.
Di Kabupaten Batang, kopi tidak sekedar kenikmatan sajian minuman khas tetapi kini telah berkembang menjadi sebuah wahana wisata yang menarik perhatian pelancong.
Proyek ini juga mencakup pengembangan ekosistem perkebunan kelapa organik seluas 20 ribu hektare.
Anggota Komisi XII DPR RI Mukhtarudin menyoroti ketidakjelasan manfaat nilai karbon yang diterima oleh daerah. Masih ada kebingungan mengenai realisasi dana karbon bagi daerah,
Pada 2024, sebanyak 331 mahasiswa ITSI berhasil menyelesaikan studi. Dari jumlah tersebut, 53 lulusan telah diterima bekerja di perusahaan perkebunan,
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved