Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Indonesia Harus Mampu Cari Peluang di Tengah Tekanan Global

M Ilham Ramadhan Avisena
05/10/2023 14:16
Indonesia Harus Mampu Cari Peluang di Tengah Tekanan Global
Pekerja menggunakan masker menuju kantornya melewati trotoar di kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (8/6/2020).(MI/RAMDANI)

INDONESIA harus mampu mencari dan memanfaatkan peluang di tengah banyaknya tekanan ekonomi global. Apalagi fondasi perekonomian dalam negeri terbilang cukup mumpuni untuk mencapai pertumbuhan optimum dalam beberapa tahun ke depan.

Demikian disampaikan Staf Ahli Bidang Komunikasi Strategis Menteri Keuangan Yustinus Prastowo dalam seminar di Universitas Hasanudin, Kamis (5/10). Menurutnya, Indonesia berpeluang besar menjadi negara maju di kemudian hari jika mampu memanfaatkan peluang di tengah gaduhnya perekonomian dunia saat ini.

Melemahnya ekonomi Amerika Serikat dan Tiongkok, misalnya, merupakan celah yang dapat dimanfaatkan Indonesia. "Kita bisa mengoptimalkan sumber daya kita untuk bisa bermitra dengan semakin banyak negara. Indonesia mesti memainkan peran itu," kata Yustinus.

Karenanya, pada 2022 Indonesia berupaya menunjukkan kemampuannya memimpin arah global melalui Keketuaan G-20. Itu kemudian dilanjutkan dengan memainkan peran penting di kawasan melalui Keketuaan di forum ASEAN 2023.

Upaya unjuk gigi tersebut, kata Yustinus, tak semata ditujukan untuk kepentingan nasional saat ini, melainkan di masa mendatang. Kepemimpinan Indonesia di forum dunia merupakan bekal agar negara bisa terlibat aktif dalam percaturan dunia di masa depan. "Ini bukan soal hari ini tapi ini kita bicara masa depan," ujar Yustinus.

Hal itu bakal sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045. Mimpi menjadi negara maju dalam dua dekade mendatang diyakini bisa tercapai. Apalagi hingga 13 tahun ke depan Indonesia akan menikmati bonus demografi.

Dominasi penduduk usia produktif bakal memobilisasi perekonomian dan mendongkrak pertumbuhan. Hal ini semestinya menjadi fokus agar Indonesia tak terjebak dalam perangkap negara berpendapatan menengah (middle icome trap).

Yustinus mengatakan, banyak negara yang berhasil lolos dari perangkap itu, namun tak sedikit pula mengalami kegagalan dan terjebak dalam status tersebut. Tiongkok, misalnya, disebut gagal untuk lolos dari perangkap dan diperkirakan akan mengalami kemunduran ekonomi dalam beberapa tahun ke depan.

"Tiongkok sekarang terkoreksi, dalam jangka panjang, Bloomberg menghitung, pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan turun signifikan. Dan dampaknya, kemungkinan mereka akan kesulitan menyalip Amerika di 2050," jelasnya.

"Artinya apa? Akan terjadi perebutan pasar yang lebih keras di Asia dan Asia Tenggara. Di sini Indonesia harus bisa lebih strategis mengoptimalkan sumber dayanya," lanjut Yustinus.

Optimalisasi peran strategis di panggung internasional dan memanfaatkan bonus demografi merupakan peluang yang dapat diambil Indonesia. Hal itu menurut Yustinus perlu dimanfaatkan dengan baik agar visi dua dekade mendatang dapat benar-benar terealisasi.

"Saat ini kita sedang menikmati bonus itu Indonesia negara yang punya sumber daya manusia dengan usia produktif, termasuk paling tinggi di dunia. Lagi-lagi, kalau tidak kita ambil kesempatan itu, kita terancam juga masuk ke perangkap," pungkas dia.

Adapun pada 2045, Indonesia diperkirakan bakal masuk 5 besar negara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi dunia. Itu berarti Indonesia akan naik 11 peringkat dari posisi saat ini yang berada di urutan 16 dunia.

Pada periode itu, tingkat harapan hidup manusia Indonesia juga diperkirakan akan naik dari 71,9 tahun saat ini menjadi 75,5 tahun. Tingkat pengangguran diprediksi akan menyusut dari 5,5% saat ini menjadi di kisaran 3%-4%.

Kemudian kontribusi industri manufaktur terhadap perekonomian diperkirakan akan naik dari 20,6% terhadap PDB menjadi 26% terhadap PDB di 2045. (Z-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya