Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
NEGARA berkembang di Asia menghadapi risiko yang meningkat dari permasalahan sektor properti Tiongkok dan tingginya suku bunga di seluruh dunia. Ini disampaikan Bank Pembangunan Asia (ADB) pada Rabu (20/9/2023) ketika mereka memangkas ekspektasi pertumbuhan regionalnya.
Produk domestik bruto diperkirakan meningkat sebesar 4,7% pada tahun ini. Menurut pemberi pinjaman yang berbasis di Manila itu, angka tersebut sedikit lebih rendah dari perkiraan pada April sebesar 4,8%.
Angka ini lebih cepat dibandingkan pertumbuhan 4,3% yang tercatat tahun lalu. Asia Berkembang mengacu pada 46 negara berkembang yang menjadi anggota pemberi pinjaman multilateral tersebut, mulai dari Kazakhstan di Asia Tengah hingga Kepulauan Cook di Pasifik.
Baca juga: Instacart Tetapkan Harga IPO US$30 per Saham
"Risiko terhadap prospek tersebut semakin meningkat," kata bank tersebut dalam pembaruan perkiraan terbarunya untuk tahun ini dan tahun depan. Ia mencatat bahwa kelemahan di sektor properti Tiongkok dapat menghambat pertumbuhan regional.
Tantangan lain ialah tingginya suku bunga dan ancaman ketahanan pangan akibat fenomena cuaca El Nino serta pembatasan ekspor yang diberlakukan oleh beberapa negara. Inflasi juga diperkirakan turun menjadi 3,6% pada tahun ini dari 4,4% tahun lalu, kata ADB, merujuk pada perlambatan yang terjadi di Tiongkok.
Baca juga: Starbucks Buka Pabrik Senilai US$220 Juta di Luar Shanghai
Bank tersebut memangkas perkiraan inflasi Tiongkok menjadi 0,7% untuk tahun ini dari perkiraan di April sebesar 2,2%. Ada ledakan kegembiraan konsumen setelah Tiongkok, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, mencabut kebijakan ketat nol covid-19 pada akhir tahun lalu.
Namun lemahnya konsumsi, krisis besar di sektor properti, dan lemahnya permintaan ekspor Tiongkok telah mempersulit pemulihan. Angka resmi menunjukkan Tiongkok sempat mengalami deflasi pada Juli untuk pertama kali dalam dua tahun terakhir dengan harga turun 0,3% dari tahun ke tahun. Ini pulih kembali pada bulan berikutnya. (AFP/Z-2)
Data ekonomi yang disampaikan pemerintah tidak boleh bertentangan dengan realita di lapangan.
KETUA Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani menilai target pertumbuhan ekonomi 5,4% dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% pada RAPBN 2026 akan sangat berat dicapai jika tak diiringi dorongan besar.
Terbukti memberikan resiliensi perekonomian nasional, stimulus akan dilanjutkan pemerintah di semester II 2025.
APINDO dorong penguatan UMKM melalui program AUM, DSC, dan kerja sama pentahelix untuk meningkatkan daya saing usaha lokal di tengah tantangan global.
OBSESI untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi 8% agar Indonesia keluar dari middle income trap (MIT) masih terasa berat.
Proses mempertemukan pelaku usaha atau business matchmaking dianggap menjadi jurus ampuh bagi Indonesia untuk bisa keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 7 yang diadopsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah energi bersih dan terjangkau.
"Tagih utang iklim kepada negara maju. Bukan dagang karbon. Karena negara-negara maju punya utang iklim, mereka sudah pakai fosil duluan,"
WAKIL Menteri Keuangan II Thomas Djiwandono menyampaikan di tengah perlambatan ekonomi global, 108 negara berpotensi tidak berhasil naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi.
Wakil Menteri Luar Negeri RI Pahala Mansury menegaskan bahwa Indonesia akan terus memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
PENURUNAN bunga acuan The Federal Reserve sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75% hingga 5,0% merupakan angin segar bagi perekonomian dunia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved