Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Tiongkok Pangkas Suku Bunga Acuan untuk Perkuat Ekonomi

Wisnu Arto Subari
21/8/2023 11:46
Tiongkok Pangkas Suku Bunga Acuan untuk Perkuat Ekonomi
Orang-orang yang menghadiri bursa kerja di Beijing.(AFP/Jade Gao.)

BANK sentral Tiongkok pada Senin (21/8/2023) memangkas suku bunga utama dalam upaya melawan perlambatan pertumbuhan pascacovid-19 di ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Ini terseret oleh ketidakpastian di pasar tenaga kerja dan kelesuan ekonomi global, sehingga melemahkan permintaan barang-barang Tiongkok.

Masalah keuangan di sektor realestat, dengan beberapa pengembang terkemuka di ambang kebangkrutan dan berjuang untuk menyelesaikan proyek, juga menimbulkan hambatan besar bagi pertumbuhan. Mengikuti langkah serupa minggu lalu, bank sentral Tiongkok memangkas suku bunga utama pada Senin dalam upaya merangsang aktivitas.

Suku bunga pinjaman (loan prime rate/LPR) satu tahun, yang berfungsi sebagai patokan untuk pinjaman korporasi, diturunkan dari 3,55% menjadi 3,45%, Bank Rakyat China (PBoC) mengatakan dalam sebuah pernyataan. Namun, LPR lima tahun, yang digunakan untuk menentukan harga hipotek, bertahan di 4,2%.

Baca juga: Hungaria Tetap dalam Resesi di Kuartal Kedua

Diikuti oleh pasar, kedua suku bunga sekarang berada di posisi terendah dalam sejarah, setelah penurunan sebelumnya di Juni. Keputusan tersebut dimaksudkan untuk mendorong bank komersial memberikan lebih banyak pinjaman dan pada tingkat lebih menguntungkan.

Langkah-langkah Senin itu--yang bertentangan dengan penaikan suku bunga di seluruh dunia karena ekonomi utama lain mengekang inflasi--bertujuan secara tidak langsung mendukung kegiatan ekonomi sebagai bendera pertumbuhan. Pemulihan pascacovid-19 yang lama ditunggu setelah pencabutan pembatasan kesehatan pada akhir 2022 telah kehabisan tenaga dalam beberapa bulan terakhir.

Baca juga: Belanda Tergelincir dalam Resesi Ringan

Tanda lain bahwa pemulihan goyah yaitu pinjaman untuk rumah tangga turun bulan lalu ke level terendah sejak 2009. Untuk menghidupkan kembali perekonomian, bank sentral menurunkan suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah (medium-term lending facility/MLF) ke lembaga keuangan, Selasa lalu.

Regulator keuangan pada Jumat sepakat tentang perlunya dukungan keuangan sambil, "Menghindari risiko dan bahaya tersembunyi," lapor media pemerintah. Analis yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan pemotongan LPR yang lebih besar setelah pertemuan pada Jumat.

Pasar turun 

Trader atau pedagang investasi tampak tidak terkesan dengan pergerakan tersebut. Saham Hong Kong turun 1,4% dan Shanghai turun 0,6%.

Baca juga: Utang Kenya Melesat ke Rekor Tertinggi

Keputusan bank sentral itu muncul saat krisis di raksasa properti Country Garden yang lama dianggap sehat secara finansial dan sekarang terlilit utang. Ini menimbulkan kekhawatiran akan kebangkrutan yang dapat menimbulkan konsekuensi mengerikan bagi sistem keuangan domestik. Masalah Country Garden menumpuk hanya dua tahun setelah krisis meletus di saingan utama Evergrande yang berjuang dengan utang besar. 

Selain kesengsaraan realestat, pertumbuhan terhambat oleh konsumsi yang lesu di tengah ketidakpastian di pasar tenaga kerja dan perlambatan ekonomi global. Itu membebani permintaan barang-barang Tiongkok dan memperlambat aktivitas ribuan pabrik.

Tiongkok menangguhkan publikasi bulanan angka pengangguran kaum muda pada Selasa lalu, setelah mencapai rekor tertinggi 21,3% pada Juni, menurut data resmi. Tingkat pengangguran dihitung untuk daerah perkotaan dan oleh karena itu hanya memberikan gambaran sebagian dari situasi.

Serangkaian angka suram dalam beberapa pekan terakhir meningkatkan tekanan pada para pejabat untuk memperkenalkan rencana pemulihan ekonomi yang luas, tetapi para pembuat kebijakan yang menghindari utang di Beijing enggan. Pihak berwenang malah mengumumkan berbagai langkah untuk meningkatkan sektor swasta yang sangat terpukul selama pandemi dan konsumsi meski belum berpengaruh.

Perlambatan ekonomi mengancam target pertumbuhan yang ditetapkan oleh otoritas sekitar lima persen untuk tahun ini. Jika tercapai, itu akan menjadi salah satu tingkat pertumbuhan tahunan terendah Tiongkok dalam beberapa dekade di luar periode covid-19.

Beijing, Rabu lalu, mengakui kesulitan ekonomi tetapi menepis pesimisme komentator Barat yang meragukan kemampuannya untuk mendukung pertumbuhan global. "Akhirnya, mereka pasti akan terbukti salah," kata Wang Wenbin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok. (AFP/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya