Penawaran Umum Perdana Saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) merupakan IPO terbesar di awal 2023 dengan berhasil meraup dana Rp 9 triliun.
Namun baru saja melepas saham ke publik, harga sahamnya langsung terkena Auto Rejection Bawah (ARB) -6,86% di level Rp 815 dari harga penawaran di Rp 875 per lembar saham. Gerak saham PGEO memang sempat tinggi saat pembukaan berada di harga Rp 925 (+5,71%). Namun hal itu tidak bertahan lama.
Wakil Menteri BUMN Pahala N Mansury menolak bila IPO PGE ini disebut kurang sukses. Menurut sukses tidaknya sebuah emiten harus dilihat dari fundamental dan secaea jangka panjang.
"Saya rasa bila dibilang tidak sukses, tidak betul. Kita harus melihat bagaimana IPO dari sisi jumlah dana yang berhasil dikumpulkan Rp 9 triliun," kata Pahala di kantor Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (24/2).
Kedua, jumlah saham yang ditawarkan dibandingkan kebutuhan dana juga ternyata oversubscribed dengan angka yang cukup baik, yaitu oversubscribed hingga 3,81 kali dari porsi pooling.
"Kita lihat nanti kinerja perusahaan ini secara menengah panjang. Harapan kami, pasar modal melihat bagaimana fundamental dan peningkatan kinerja secara perusahaan juga secara jangka menengah panjang. Tentunya kinerja saham secara jangka pendek menjadi bagian dari perusahaan-perusahaan untuk selalu berupaya bisa menjelaskan ke pasar modal," kata Pahala.
Dalam pelaksanaan IPO PGE, salah satu investor 5 terbesar yang masuk yaitu perusahaan pengelola dana yang merupakan BUMN yaitu Indonesia Investment Authority (INA).
Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana juga mengatakan melihat investor yang masuk merupakan yang berkualitas baik dari investor asing dan domestik, artinya mereka percaya fundamental PGE dan prospek ke depannya.
"Tidak mungkin quality investor masuk kalau historynya tidak bagus. Sedangkan saham yang turun itu merupakan dinamika pasar. Ini semua long term (jangka panjang)," kata Oki. (Try/E-1)