Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pemimpin Umat Katolik Nusa tenggara dan Asia Tolak Proyek Geotermal Flores dan Lembata

Ignas Kunda
23/3/2025 09:30
Pemimpin Umat Katolik Nusa tenggara dan Asia Tolak Proyek Geotermal Flores dan Lembata
Demo warga menolak geothermal Mataloko, Ngada, NTT.(Dok. MI)

ENAM Uskup se-Nusa Tenggara dengan tegas menolak pembangunan proyek geotermal Flores dan Lembata yang telah merusak ekosistem alam di sana. Penolakan tegas soal geotermal Flores dan Lembata tersebut dibacakan dalam surat gembala oleh Romo Vikep Mbay, RD, Aster Lado Pr, dalam misa hari minggu (23/3) di Gereja Santa Maria Penginanga, Nagekeo, NTT. Penolakan pemimpin umat Katolik terhadap geotermal tersebut  juga didukung oleh Uskup se-asia.

Enam Uskup di Keuskupan Nusa Tenggara atau dikenal dengan Keuskupan Gerejawi Ende menandatangani surat penolakan tersebut pada Sidang Tahunan Para Uskup Provinsi Gereja ENDE di Seminari Tinggi Santu Petrus Ritapiret, Maumere, 10—13 Maret 2025 lalu meliputi Uskup Denpasar, Mgr Silvester San, Uskup Labuan Bajo, Mgr Maksimus Regus, Uskup Ruteng, Mgr Siprianus Hormat, Uskup Agung Ende, Paulus Budi Kleden, Uskup Maumere, Mgr Edwaldus Martinus Sedu, dan Uskup Larantuka, Mgr Fransiskus Kopong Kung.

Enam Uskup tersebut sepakat menandatangani surat gembala dan mengajak para umat untuk menolak geotermal Flores dan Lembata yang telah merusak kehidupan dimana bukannya mendatangkan masa depan yang lebih baik namun justru merusak masa depan.

"Gereja dipanggil menjadi penjaga kehidupan dan pelayan sesama. Dalam semangat kasih Kristus, kami mengajak seluruh keluarga umat Allah di wilayah Provinsi Gerejawi ENDE untuk menjaga lingkungan dengan menolak eksploitasi sumber daya yang merusak ekosistem, termasuk energi geotermal Flores dan Lembata, yang menimbulkan pertanyaan berbagai pihak saat ini," baca Romo Aster dalam misa.

Para uskup menyatakan sebagai gembala, mereka mengajak umat menyikapi tantangan sosial yang mengancam martabat kehidupan. Bagi para uskup, Kristus datang membawa hidup berkelimpahan (bdk. Yoh. 10:10). Namun, realitas menunjukkan banyak saudara kita menghadapi ancaman. Dalam semangat persaudaraan, para uskup menyampaikan keprihatinan mendalam atas beberapa persoalan mendesak.

Menurut para Uskup dalam surat gembala pra Paskah itu, pulau-pulau kecil dengan ekosistem rapuh ini berisiko besar. Eksploitasi yang tidak bijaksana berdampak pada lingkungan, ketahanan pangan, keseimbangan sosial dan keberlanjutan kebudayaan. Selain itu para uskup telah menyaksikan sejumlah persoalan yang muncul dari (rencana) eksplorasi dan eksploitasi energi geotermal.

Para uskup menilai energi geotermal bukanlah pilihan yang tepat untuk konteks Flores dan Lembata, dengan topografinya yang dipenuhi gunung  dan bukit dan sumber mata air permukaan yang amat terbatas.

Pilihan eksploitatif ini juga bertabrakan dengan arah utama pembangunan yang menjadikan wilayah ini sebagai daerah pariwisata, pertanian, perkebunan, peternakan unggulan serta pertanian dan kelautan.

"Kami mendorong penggunaan energi ramah lingkungan, seperti energi surya, dengan tanggung jawab dan visi keberlanjutan.Gagasan ini juga searah dengan Surat Pastoral Konferensi Federasi Para Uskup Se-Asia Kepada Gereja-Gereja Lokal di Asia tentang Pemeliharaan Ciptaan: Panggilan untuk Pertobatan Ekologis (15 Maret 2025)," ungkap Romo Aster.

Dalam surat gembala tersebut, para uskup juga bersikap dan mengajak seluruh umat Katolik di Flores dan Lembata  untuk berperan aktif dalam pemberantasan perdagangan orang, mengatasi stunting yang menghalangi masa depan anak, mengatasi krisis di bidang peternakan seperti flu babi dan hama tanaman pisang dengan pendekatan ilmu pengetahuan dan keberlanjutan.

Sebelumnya sejumlah biarawan dan biarawati Katolik bergabung bersama ratusan orang dalam 5 elemen masyarakat korban pembangunan geotermal Mataloko yang tergabung dalam Aliansi TERLIBAT Bersama KORBAN Geothermal Flores (ALTER KGF) melakukan demonstrasi di kantor DPRD Kabupaten Ngada dan Kantor Bupati Ngada, NTT pada Rabu (12/3).

Pater Antonius Bastian, imam katolik yang mendampingi warga mengungkapkan proyek geotermal di Flores, berdasarkan penelitian dan asesmen di lapangan selama satu tahun maka sudah selayaknya proyek tersebut harus dihentikan karena telah merusak pertanian warga, sumber air serta tatanan yang ada.

"Geothermal bukan hadiah namun justru membawa petaka buat warga, " ungkapnya. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya