Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
MENTERI Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia gusar dengan sikap negara-negara maju yang bertindak tidak adil pada negara-negara berkembang. Hal itu menurutnya dapat dilihat dari sikap dan ketentuan internasional yang seolah menahan kemajuan negara berkembang.
Salah satu ketidakadilan yang saat ini menimpa negara berkembang ialah mengenai penetapan harga karbon. Karbon yang dihasilkan oleh negara-negara maju dipatok tinggi, bahkan menyentuh US$100 per ton, sedangkan negara berkembang hanya di kisaran US$20 per ton.
"Negara maju itu harga karbon bisa US$100 per ton, sedangkan negara berkembang, seperti Indonesia hanya US$20 per ton. Ini sama-sama karbon, di mana bedanya?" tuturnya dalam Mandiri Investment Forum di Jakarta, Kamis (2/2).
Hal itu menurutnya tak adil lantaran banyak negara maju memiliki kapasitas penghijauan yang lebih sedikit dibanding negara berkembang. Alasan tersebut dinilai tak relevan, padahal harga karbon ditujukan dalam rangka transisi energi fosil ke energi bersih.
Di saat yang sama, masih banyak negara maju yang mengharapkan manfaat dari sumber daya alam yang dimiliki oleh negara berkembang. Bahlil menganggap itu sebagai anomali berpikir yang tidak menginginkan negara berkembang untuk maju.
"Kalau begitu alasannya, apa perlu Indonesia menggunduli semua hutannya agar harga karbon ini bisa sama dengan negara-negara maju? Ini suatu anomali berpikir di dalam transisi energi," kata dia.
Bahlil juga meminta negara maju tak melulu mendikte kebijakan lingkungan yang dimiliki oleh negara berkembang. "Kami Indonesia tahu bagaimana mengatur lingkungan. Negara yang hutannya sudah habis jangan ajari kami untuk menjaga lingkungan," ujarnya.
Dia geram lantaran salah satu upaya pemerintah menjaga lingkungan melalui hilirisasi justru digugat ke Organisasi Dagang Internasional (WTO). "Itu (hilirisasi) bukan hanya soal nilai tambah, tapi agar tidak ada ilegal mining, tapi malah kami dibawa ke WTO oleh sama Uni Eropa. Padahal kami mau jalankan SDG. Jadi Itu tidak masuk akal," pungkasnya. (OL-8)
Bahlil Lahadalia angkat bicara terkait Peraturan Menteri ESDM Nomor 14 Tahun 2025 tentang legalitas pengeboran sumur minyak rakyat yang akan berlaku pada 3 Juni 2025 mendatang.
Presiden Prabowo Subianto melontarkan candaan kepada Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, dengan menyebut politisi asal Papua itu beruntung bisa menjabat sebagai menteri.
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto meresmikan peningkatan produksi minyak sebesar 30.000 barel per hari di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu,
Pemerintah Indonesia dan Singapura resmi menyepakati kerja sama strategis dalam pembangunan Kawasan Industri Hijau terintegrasi di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
SEKRETARIS Jenderal Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Sekjen Hipmi), Anggawira, menyatakan pencabutan izin tambang nikel Raja Ampat merupakan langkah yang tepat.
MENKO Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) secara terang-terangan membela Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia terkait polemik zin tambang nikel Raja Ampat.
"Tagih utang iklim kepada negara maju. Bukan dagang karbon. Karena negara-negara maju punya utang iklim, mereka sudah pakai fosil duluan,"
KOREA Selatan memiliki persoalan pada negara yang cukup serius yaitu mengenai jumlah populasi warganya. Jumlah penduduk Korsel mengalami penyusutan tajam akibat menurunnya angka kelahiran
Peran pemerintah daerah sangat krusial untuk mendukung pencapaian Indonesia menjadi negara maju. Optimalisasi peranan daerah dapat mempercepat Indonesia keluar dari middle income trap.
Jejak emisi yang ditinggalkan negara maju juga dipandang belum sejalan dengan komitmen yang disampaikan
Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya peluang Indonesia menuju negara maju, namun juga mengingatkan akan tantangan besar di bidang kesehatan.
Sebuah studi besar yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet memperingatkan hampir setiap negara akan menghadapi penurunan populasi pada akhir abad ini.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved