Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
BADAN Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadinya peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) pada Januari 2023 sebesar 0,77% dari bulan sebelumnya menjadi 109,84.
Kenaikan itu terjadi karena indeks harga yang diterima petani lebih besar ketimbang indeks harga yang dibayarkan oleh petani.
"Indeks harga yang diterima petani naik sebesar 1,40%, lebih tinggi kalau dibandingkan dengan indeks harga dibayar petani yang mengalami kenaikan sebesar 0,63%," ujar Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Rabu (1/2).
Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan indeks harga diterima petani ialah gabah, bawang merah, cabai rawit, dan jagung. Sementara komoditas yang dominan mempengaruhi indeks harga dibayar petani ialah beras, rokok kretek filter, bawang merah, dan cabai rawit.
Baca juga:
Margo menambahkan, kenaikan NTP pada Januari 2023 utamanya didorong oleh kenaikan NTP subsektor tanaman pangan. Subsektor tersebut tercatat naik 2,07% dari 101,71 di Desember 2022 menjadi 103,82.
Kenaikan juga terjadi pada NTP subsektor hortikultura yang naik 1,96% dari 110,01 di Desember 2022 menjadi 112,17 di Januari 2023. Kemudian diikuti oleh NTP subsektor perikanan yang naik 0,35% dari 105,11 menjadi 105,48.
Sedangkan penurunan NTP terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat, yakni sebesar 0,74% dari 126,82 di Desember 2022 menjadi 125,88 di Januari 2023. NTP subsektor peternakan juga mengalami penurunan 1,13% dari 101,51 menjadi 100,35.
BPS mencatat, kenaikan NTP terjadi di 20 provinsi dan 14 lainnya mengalami penurunan. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Barat, yakni naik 2,27% bila dibandingkan posisi Desember 2022.
Sementara penurunan NTP terdalam terjadi di provinsi Kalimantan Barat, yakni turun 2,11% dari posisi Desember 2022.
Sejalan dengan kondisi NTP, Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) pada Januari 2023 juga mengalami peningkatan. Data BPS menunjukkan kenaikan NTUP di Januari tercatat sebesar 0,92% menjadi 109,95.
Kenaikan NTUP, kata Margo, terjadi karena indeks harga yang diterima petani masih lebih besar ketimbang indeks harga yang dibayarkan petani untuk biaya produksi dan penambahan barang modal.
"Indeks harga yang diterima petani naik sebesar 1,40%, itu lebih tinggi dari kenaikan indeks indeks untuk biaya produksi dan penambahan barang modal yang hanya naik sebesar 0,48%," terangnya.
Komoditas yang dominan mengerek peningkatan indeks harga diterima petani pada Januari 2023 ialah gabah, bawang merah, cabai rawit, dan jagung. Sementara komoditas yang dominan berpengaruh pada indeks harga biaya produksi dan penambahan barang modal petani ialah upah pemanenan, upah membajak, upah penanaman, dan urea.
NTUP subsektor tanaman pangan mencatatkan peningkatan sebesar 2,12% dari 102,5 di Desember 2022 menjadi 104,32 di Januari 2023. Kenaikan juga terjadi pada NTUP subsektor hortikultura sebesar 2,06% dari 110,86 menjadi 113,15.
Adapun peningkatan NTUP terjadi di 24 provinsi, tertinggi dialami oleh Banten yang perubahannya mencapai 2,36% dari Desember 2022.
Sementara 10 provinsi tercatat mengalami penurunan NTUP, di mana Kalimantan Barat mencatatkan penurunan terdalam, yakni turun 1,84% dari Desember 2022.
BPS juga menyampaikan hasil survei pada harga gabah dan beras di Januari 2023. Dari survei tersebut didapati ada penguatan harga gabah.
Harga gabah kering panen (GKP) tercatat mengalami kenaikan 3,79% dari Desember 2022 yang senilai Rp5.624 menjadi Rp5.837 di Januari 2023.
Kenaikan harga juga terjadi pada harga gabah kering giling (GKG) sebesar 5,43% dari Rp6.166 di Desember 2022 menjadi Rp6.501 di Januari 2023. Secara tahunan, BPS juga mencatat kenaikan untuk GKP dan GKG, masing-masing sebesar 16,52% dan 20,63%.
Kenaikan juga terjadi pada harga beras, baik di tingkat penggilingan, grosir, dan eceran. Harga beras di tingkat penggilingan tercatat naik 3,54% dari Rp10.604 di Desember 2022 menjadi Rp10.979 di Januari 2023.
Sementara harga beras di tingkat grosir tercatat naik 2,51% dari Rp11.363 di Desember 2022 menjadi Rp11.648 dan harga beras eceran tercatat naik 2,34% dari Rp12.096 menjadi Rp12.380.
Secara tahunan, BPS menunjukkan kenaikan harga beras, baik di tingkat penggilingan, grosir, dan eceran masing-masing sebesar 14,90%, 10,97%, dan 7,70%.
"Jadi kenaikan harga beras itu tertinggi terjadi di tingkat penggilingan," pungkas Margo. (Mir/OL-09)
Adapun komoditas yang memengaruhi penurunan NTP tersebut ialah kelapa sawit, gabah, jagung, dan cabai rawit. Amalia mengatakan NTP subsektor tanaman pangan mengalami penurunan
BPS mencatat NTP periode Februari 2022 sebesar 108,83, atau naik 0,15% dibandingkan periode Januari 2022, yakni 108,67.
BPS mencatat NTP periode Mei 2022 berada di level 105,41, atau turun 2,81% dari NTP bulan sebelumnya yang mencapai 108,46.
Ketua Bidang Kajian Kebijakan Pertanian pada Perhimpunan Agronomi Indonesia (Peragi), Prof. Edi Santosa, mengatakan kesejhateraan petani selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan.
Dengan demikian, pada Juli 2022 indeks harga yang diterima petani berada di level 118,37 dan indeks harga yang dibayar petani berada di level 113,55.
Di Sumatera Utara, tepatnya di Kabupaten Asahan, harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit di tingkat petani juga masih rendah di kisaran Rp1.100 – Rp1.500/kg.
Urban farming juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat perkotaan. Hasil panen tidak hanya dapat dijual tetapi juga dapat dikonsumsi sendiri.
dampak positif globalisasi terhadap berbagai aspek, mulai dari politik hingga hiburan yang dapat dirasakan oleh semua kalangan masyarakat
PPIU Program YESS memberikan fasilitas dan bimbingan kepada generasi muda di perdesaan untuk menjadi wirausahawan dan petani handal do Subang, Jawa Barat.
YESS menjadi salah satu solusi yang terus berkomitmen dalam meningkatkan kualitas dan kesejahteraan dan memberdayakan petani di Indonesia.
Sektor pertanian adalah sektor yang menjanjikan sehingga akan membutuhkan tenaga yang sangat banyak.
Presiden Jokowi mengakui, saat ini stok yang ada di Bulog 1,7 juta ton masih harus ditambah lagi sampai akhir tahun, kira-kira 1,5 juta ton.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved