Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
KEPALA Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan surplus neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2022 yang tercatat US$5,67 miliar memang di atas perkiraan. Hal ini disebabkan oleh impor yang dikatakan melambat.
"Surplus perdagangan melebar karena impor tahunan tumbuh lebih lambat dari yang diharapkan. Akibatnya, surplus perdagangan Indonesia pada Oktober 2022 meningkat menjadi US$5,67 miliar dibandingkan US$4,97 miliar pada September 2022. Angka realisasi di atas perkiraan kami sebesar US$4,42 miliar dan perkiraan konsensus pasar sebesar US$4,50 miliar," ungkapnya kepada Media Indonesia, Selasa (15/11).
Lebih lanjut, secara kumulatif atau dari Januari sampai Oktober 2022, neraca perdagangan tercatat sudah surplus US$45,52 miliar, lebih besar dari surplus pada periode yang sama di tahun 2021 sebesar US$30,90 miliar dan sudah di atas surplus perdagangan setahun penuh 2021 sebesar US$35,42 miliar.
Meskipun neraca perdagangan terbukti telah mencatatkan surplus, Faisal menilai bahwa surplus perdagangan akan mengalami penyempitan ke depannya.
"Pertumbuhan impor telah mengikuti pertumbuhan ekspor, oleh karena itu kami mempertahankan pandangan kami bahwa surplus perdagangan cenderung menyempit ke depan," kata Faisal.
Baca juga: Neraca Perdagangan RI Hingga Oktober 2022 Surplus US$45,52 Miliar
Menurutnya, impor diperkirakan akan terus sejalan dengan ekspor untuk beberapa bulan ke depan di tengah pemulihan ekonomi yang kuat, yang menunjukkan peningkatan permintaan domestik.
Di sisi lain, tren kenaikan sebagian besar harga komoditas terlihat tertahan di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi global yang bersumber dari lonjakan inflasi global yang mengarah pada normalisasi moneter global yang semakin agresif, yang pada akhirnya dapat melemahkan permintaan global.
"Hal ini berisiko memberikan pelemahan kinerja ekspor," tuturnya.
Berkat surplus perdagangan yang relatif besar pada kuartal II 2022 dan kuartal III 2022, Faisal melihat neraca transaksi berjalan pada 2022 berpotensi membukukan surplus lebih besar dari perkiraan awal sebesar 0,45% dari PDB (Produk Domestik Bruto) atau kemungkinan mendekati 1% dari PDB.
"Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan realisasi Neraca Pembayaran kuartal III 2022. Kami memperkirakan neraca transaksi berjalan akan terus mencatat surplus sekitar 1,0% sampai 1,1% dari PDB. Hal ini dapat mendukung cadangan devisa dan stabilitas nilai tukar Rupiah sampai taraf tertentu, dengan latar belakang arus keluar modal karena reli kenaikan suku bunga kebijakan global," pungkas Faisal. (OL-4)
Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Ilham Akbar Habibie mengingatkan Indonesia tengah menghadapi ancaman serius berupa tsunami barang impor.
Mendag Budi Santoso menyatakan belum melihat adanya indikasi kekhawatiran akan banjir impor pasca-pengaturan deregulasi dan relaksasi kebijakan impor
Ditjen Bea Cukai akan mengawal kelancaran proses bisnis dan logistik di pelabuhan agar tidak terjadi hambatan yang bisa menimbulkan kerugian bagi pelaku usaha maupun negara.
PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui produk inovasinya QLola by BRI menghadirkan fitur Digital Trade Finance yang memudahkan kegiatan transaksi perdagangan ekspor impor.
PADA April 2025, kinerja ekspor Indonesia mengalami penurunan cukup tajam secara bulanan (month to month), meskipun secara tahunan masih mencatatkan pertumbuhan.
SURPLUS perdagangan Indonesia April 2025 tercatat hanya sebesar US$160 juta, penurunan tajam dipicu lonjakan signifikan nilai impor nonmigas,
Neraca perdagangan Indonesia pada April tercatat surplus sebesar US$160 juta. Kendati surplus, angka ini turun drastis dibandingkan capaian pada Maret 2025 yang mencapai US$4,33 miliar.
Surplus neraca perdagangan Indonesia masih mencatat angka besar, namun sejumlah risiko mulai mengintai kelanjutannya. Pada Maret 2025, surplus dagang Indonesia mencapai US$4,33 miliar.
Kebijakan tarif impor AS itu akan mengganggu neraca pembayaran Indonesia, khususnya neraca perdagangan dan arus investasi. Ini mengingat AS adalah mitra dagang utama Indonesia.
EKONOM Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang menuturkan penurunan surplus neraca perdagangan pada Februari 2025 dibandingkan Januari lebih disebabkan oleh peningkatan impor.
NERACA perdagangan Indonesia masih resilien di tengah pelemahan ekonomi global. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ssebesar US$3,45 miliar atau senilai Rp55,81 triliun pada Januari 2025.
Bergabungnya Indonesia menjadi anggota penuh BRICS adalah Indonesia bisa membuka akses market ke pasar global dan potensi meningkatkan kualitas neraca dagang luar negeri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved