Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
BADAN Pusat Statistik (BPS) merilis nilai impor Indonesia pada Oktober 2022 yang mencapai US$19,13 miliar. Angka ini turun 3,40% jika dibandingkan September 2022, yang tercatat mencapai US$19,81 miliar.
Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS Setianto mengatakan bahwa capaian impor terdiri dari impor migas yang mencapai US$3,36 miliar pada Oktober 2022, atau turun 1,81% dibandingkan September 2022 sebesar US$3,43 miliar.
"Selanjutnya, impor nonmigas Oktober 2022 mencapai US$15,77 miliar yang juga turun 3,73% dibandingkan September 2022 sebesar US$16,38 miliar," ungkapnya dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (15/11).
Baca juga: Ekspor Oktober 2022 Tercatat US$24,81 Miliar
Adapun penurunan impor nonmigas pada Oktober 2022 utamanya didorong komoditas logam mulia dan perhiasan atau permata HS 71 yg turun 35,97%. Kemudian, mesin dan perlengkapan listrik serta bagiannya atau HS 85 turun 7,60%.
Terkahir, ialah mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya atau HS 84 turun 5,75%. "Untuk penurunan impor migas yang sebesar 1,81% disebabkan turunnya komoditas minyak mentah sekitar 7,38%," imbuh Setianto.
Baca juga: Komunike B20 Harapan Pemulihan Ekonomi Global
Diketahui, tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Oktober 2022, yaitu Tiongkok US$55,49 miliar, Jepang US$14,14 miliar dan Thailand US$9,25 miliar.
"Sementara itu, impor nonmigas dari ASEAN US$27,81 miliar dan Uni Eropa US$9,44 miliar," paparnya.
Menurut golongan penggunaan barang, nilai impor Januari–Oktober 2022 mengalami peningkatan pada barang konsumsi US$657,7 juta, atau naik 4,19%. Lalu, bahan baku/penolong US$35.339,7 juta atau naik 30,10%, berikut barang modal US$7.114,7 juta atau naik 31,77%.(OL-11)
Neraca perdagangan Indonesia pada April tercatat surplus sebesar US$160 juta. Kendati surplus, angka ini turun drastis dibandingkan capaian pada Maret 2025 yang mencapai US$4,33 miliar.
Surplus neraca perdagangan Indonesia masih mencatat angka besar, namun sejumlah risiko mulai mengintai kelanjutannya. Pada Maret 2025, surplus dagang Indonesia mencapai US$4,33 miliar.
Kebijakan tarif impor AS itu akan mengganggu neraca pembayaran Indonesia, khususnya neraca perdagangan dan arus investasi. Ini mengingat AS adalah mitra dagang utama Indonesia.
EKONOM Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang menuturkan penurunan surplus neraca perdagangan pada Februari 2025 dibandingkan Januari lebih disebabkan oleh peningkatan impor.
NERACA perdagangan Indonesia masih resilien di tengah pelemahan ekonomi global. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ssebesar US$3,45 miliar atau senilai Rp55,81 triliun pada Januari 2025.
Bergabungnya Indonesia menjadi anggota penuh BRICS adalah Indonesia bisa membuka akses market ke pasar global dan potensi meningkatkan kualitas neraca dagang luar negeri.
ASOSIASI Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) mengkritisi penetapan dan sosialisasi pembatasan operasional truk sumbu 3 di jalur tol pada saat hari libur Maulid Nabi selama 3 hari
PT Merak Chemicals Indonesia (MCCI), produsen Purified Terephthalic Acid (PTA) menyatakan komitmennya untuk memperkuat pasokan bahan baku bagi industri tekstil dan plastik dalam negeri.
Pelaku usaha mempertanyakan keseriusan pemerintah dalam mempermudah perizinan impor dengan menghapus kebijakan kuota.
Industri tekstil nasional tengah mengalami tekanan berat disebabkan massifnya impor produk jadi dari Tiongkok sehingga mengganggu daya saing industri.
Kebijakan tarif terbaru ini dijadwalkan mulai berlaku pada 7 Agustus 2025.
Kebijakan tarif tersebut mulai berlaku pada 1 Agustus 2025 dan menjadi salah satu tarif terendah yang diberikan AS untuk negara di kawasan Asia Tenggara.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved