Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Perusahaan Tiongkok Suntik Investasi Rp1,86 T ke Kimia Farma

Insi Nantika Jelita
13/11/2022 21:44
Perusahaan Tiongkok Suntik Investasi Rp1,86 T ke Kimia Farma
Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury(Antara)

LEMBAGA investasi Tiongkok, Silk Road Fund (SRF) bersama Indonesia Investment Authority (INA) resmi menginvestasikan pengembangan industri kesehatan di Indonesia melalui PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Kimia Farma Apotek (KFA) senilai Rp1,86 triliun. 

Hal ini disampaikan Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury usai penandatanagan kesepakatan investasi tersebut di Seminyak, Bali, Minggu (13/11).

"BUMN mendukung upaya ini sebagai bentuk konkret mengembangkan sektor kesehatan di Indonesia, khususnya setelah pandemi agar sektor kesehatan lebih bisa dijangkau oleh masyarakat," kata dia dalam konferensi pers virtual.

Kolaborasi ini dituangkan melalui penandatanganan Conditional Share Subscription and Purchase Agreement beserta dokumen transaksi terkait lainnya antara KAEF dan anak usahanya KFA dengan SRF dan INA.

Dari total investasi Rp1,86 triliun, 40% untuk kepemilikan di KFA, tergantung kepada closing account mechanics berdasarkan laporan keuangan pada saat completion.

Pahala menjelaskan investasi dengan Tiongkok ini akan digunakan untuk mendanai ekspansi bisnis strategis KFA, sehingga dibutuhkan modal.

"Kerja sama investasi ini guna mengembangkan usaha KFA, pengembangn produk, perbaikan struktur permodalam, semua butuh modal kerja," ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Kimia Farma David Utama mengemukakan Kimia Farma Group merupakan perusahaan kesehatan yang terintegrasi dan memiliki kapasitas dari hulu ke hilir pada rantai nilai sektor farmasi, dengan memiliki 1.200 apotek, 400 klinik, dan hampir 80 laboratorium.

"Kita ada dari hulu sampai paling hilir, kita punya industri bahan baku obat yang mana kita bisa menyuplai kebutuhan akan bahan baku obat ke industri farmasi. Kita juga punya industri pembuatan obat dengan 10 manufacturing," urainya.

Ia menilai Indonesia memiliki 'tambang emas' dalam bidang pengembangan kesehatan. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama investasi. Menurut David, masuknya investor asing tidak akan menjadi kendala krusial dalam kemajuan industri kesehatan nasional.

"Dengan adanya sinergi kerja sama investasi dari SRF dan INA akan membuat unlocking value healthcare (membuka rantai nilai kesehatan). Kolaborasi ini yang kami butuhkan untuk membawa industri kesehatan kita ke level berikutnya," pungkasnya.

Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah mengatakan, sesuai dengan mandatnya, INA berperan untuk menarik investasi, baik domestik maupun internasional sebagai alternatif pembiayaan non-utang yang akan digunakan untuk mendukung pengembangan bisnis, termasuk soal kesehatan di Indonesia. Sebagai salah satu sumber pembiayaan alternatif, keterlibatan SRF dan INA diyakini mendukung kemakmuran jangka panjang seluruh masyarakat Indonesia.

"Mandatnya ke kami itu ditugaskan untuk bersama-sama mencari investor dari negara lain yang mempunyai misi yang sama berpatisipasi dalam pembangunan Indonesia," pungkasnya. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus
Berita Lainnya