Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Hadapi Krisis Global, Indonesia Perlu Perkuat Ekonomi Domestik

Insi Nantika Jelita
08/11/2022 22:18
Hadapi Krisis Global, Indonesia Perlu Perkuat Ekonomi Domestik
Kegiatan di pasar menjadi penopang ekonomi domestik(Antara)

INDONESIA sulit menghindari perlambatan ekonomi global. Karena itu, penguatan ekonomi domestik diperlukan guna menekan dampak berlebih dari situasi dunia yang saat ini mulai terjadi.

Demikian dikatakan Kepala Departemen Ekonomi dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Fajar B. Hirawan saat dihubungi, Selasa (8/11). 

Menurut dia, ada dua hal utama yang bisa menjaga denyut perekonomian nasional untuk tetap bergeliat dan tumbuh, yakni konsumsi rumah tangga dan investasi.

"Yang harus dilakukan pemerintah ke depan ialah menjaga daya beli masyarakat agar pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebagai kontributor utama Produk Domestik Bruto (PDB) tetap terjaga secara positif," tuturnya.

Ia menambahkan, pemerintah dapat menjaga daya beli masyarakat dengan menjaga rantai pasok dalam negeri. Hal ini juga perlu diikuti dengan program bantuan sosial yang berorientasi pada penguatan konsumsi, utamanya kepada masyarakat kelompok menengah ke bawah.

Konsumsi rumah tangga menjadi komponen penting bagi perekonomian nasional lantaran berkontribusi besar pada PDB. Namun dalam beberapa triwulan terakhir, kontribusi konsumsi rumah tangga cenderung melambat.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada triwulan I 2022, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 4,34% (yoy) dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 53,65%. Lalu pada triwulan II, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 5,51% dan berkontribusi 51,47% terhadap PDB.

Sedangkan pada triwulan III 2022, BPS mencatat konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan 5,39% dan berkontribusi 50,38% terhadap PDB nasional. Hingga periode tersebut, konsumsi rumah tangga masih menjadi distributor tertinggi pada pertumbuhan ekonomi yang tercatat tumbuh 5,72% (yoy).

Fajar menilai melambatnya kontribusi konsumsi rumah tangga pada PDB merupakan hal yang wajar dan dapat diterima. Sebab, dunia saat ini tengah dihadapkan pada liarnya pergerakan inflasi. Ini mendorong adanya pelemahan pada kinerja konsumsi rumah tangga di tiap negara, termasuk Indonesia.

"Gangguan rantai pasok global akibat tensi geopolitik dan geoekonomi juga berkontribusi pada inflationary pressure tersebut," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Ekonom dari Bank Mandiri Andry Asmoro menyampaikan, turunnya kontribusi konsumsi rumah tangga pada PDB turut disebabkan oleh penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada awal September 2022.

Guna menghindari penyusutan kontribusi konsumsi rumah tangga secara berkelanjutan, pemerintah didorong untuk menjaga iklim investasi tetap menarik bagi pemilik modal. "Meskipun di tengah tantangan global recession dan kondisi tahun politik yang lebih ‘ramai’. Menjaga pertumbuhan investasi sangat penting karena berkontribusi sekitar 30% dari PDB," kata Andry. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Polycarpus
Berita Lainnya