Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Sinergi Dibutuhkan untuk Perkuat Fondasi Perekonomian

M. Ilham Ramadhan Avisena
13/10/2022 14:54
Sinergi Dibutuhkan untuk Perkuat Fondasi Perekonomian
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto(Antara)

MENTERI Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, sinergi dan kerja sama semua pihak untuk memperkokoh fondasi perekonomian nasional menjadi hal yang penting. Terlebih ekonomi global diprediksi akan mengalami resesi pada tahun depan.

Hal itu ia sampaikan saat menjadi pembicara kunci dalam Capital Market Summit & Expo secara daring, Kamis (13/10). "Kerja sama semua pihak, termasuk pasar modal membuat ekonomi Indonesia mampu tumbuh di atas 5% dalam tiga triwulan terakhir, dan di triwulan keempat (hingga akhir tahun) nanti diharapkan kita bisa mencapai target," ujar Airlangga.

Dia menambahkan, dalam tahun berjalan, pasar modal Indonesia masih memiliki kinerja yang relatif baik. Dari sisi return, misalnya, pasar modal dalam negeri masih berada di kisaran 5%. Lebih baik ketimbang pasar modal di Malaysia yang -11%, Shanghai -18%, bahkan S&P di AS -24%.

Selain itu, pasar saham nasional juga masih mencatatkan net inflow Rp70 triliun selama 9 bulan terakhir. Bahkan setidaknya 800 perusahaan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia. "Ini capaian baik bagi otoritas dan modal perekonomian nasional ke depan," kata Airlangga.

Capaian apik dari pasar modal itu dinilai dapat membantu penguatan perekonomian nasional di tengah ancaman memburuknya perekonomian global yang diprediksi kian suram tahun depan.

Merujuk laporan Dana Moneter International atau International Monetary Fund (IMF), ekonomi dunia diperkirakan hanya akan tumbuh 2,7%, lebih rendah dari prakiraan pertumbuhan tahun ini di level 3,2%.

Melambatnya ekonomi dunia itu didorong oleh dampak pandemi covid-19 yang belum sepenuhnya usai, meningginya ketegangan konflik Rusia-Ukraina, tantangan perubahan iklim, dan meningkatnya inflasi global.

Baca juga: Presiden: Ungkap Penyebab Industri Ritel Alami Penurunan

Dalam laporan itu, IMF juga memperkirakan inflasi pada tahun ini akan meningkat 0,5% menjadi 8,8%. Indikator biaya hidup itu diperkirakan akan menurun ke level 6,5% di 2023.

Memburuknya kondisi perekonomian dunia juga dikonfirmasi oleh pernyataan Presiden Joko Widodo yang mengatakan 28 negara telah masuk antrean untuk mendapatkan bantuan dari lembaga pemberi pinjaman itu. Jumlah itu, kata Airlangga, jauh lebih banyak ketimbang krisis keuangan yang sempat menimpa Asia.

"Jadi kita harus berhati-hati, saat ini kita menghadapi the perfect storm. Lebih dari 55 negara ekonominya melambat, bahkan kontraksi," kata dia.

Airlangga memastikan pemerintah akan berupaya untuk menavigasi perekonomian nasional ke arah pertumbuhan yang kuat. Itu sedianya mulai dilakukan melalui penebalan bantalan sosial untuk mengantisipasi dampak buruk dari penaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) awal bulan lalu.

Selain itu, pengambil kebijakan juga akan terus mengoptimalisasi seluruh instrumen untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri. "Di jangka panjang pemerintah terus berkomitmen agar ekonomi inklusif terus berjalan dan implementasi UU Cipta Kerja," kata Airlangga.

"Itu dengan beberapa sektor antara lain percepatan digitalisasi, pemberantasan kemiskinan ekstrem, optimalisasi LPI/INA yang tentunya sebagian besar akan berinvestasi berbasis kepada pasar modal," pungkas dia. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya