Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
TINGKAT inflasi di Indonesia sejauh ini masih dalam kondisi terjaga dan terkendali. Sebab, peningkatan inflasi lebih banyak didorong oleh komponen harga pangan yang bergejolak (volatile food).
"Tapi, inflasi indonesia itu selain core (inflasi inti), sebenarnya banyak karena administered price dan volatile food. Dari dulu selalu begitu," ujar Staf Khusus Menteri keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi Masyita Crystallin, Kamis (25/8).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi Indonesia pada Juli 2022 berada di level 4,94% (year on year/yoy). Dari tiga komponen, volatile food mengalami inflasi tertinggi, yakni 11,47% (yoy), serta memberi andil 1,92% (yoy) pada inflasi umum.
Baca juga: Setelah 17 Bulan, BI Akhirnya Naikkan Suku Bunga Acuan
Lalu, komponen harga yang diatur pemerintah tercatat mengalami inflasi 6,51% (yoy) dan memberi andil pada inflasi umum sebesar 1,15% (yoy). Sedangkan komponen inti yang menggambarkan daya beli masyarakat mencatatkan inflasi 2,86% (yoy) dan memberi andil sebesar 1,87% (yoy).
Masyita menyebut peningkatan inflasi juga sedianya tidak terlepas dari kondisi pemulihan ekonomi. Kondisi itu pun dinilai lumrah. "Memang kalau ekonomi sudah mulai naik, tekanan harga itu pasti ada (dan mengakibatkan kenaikan harga)," jelasnya.
Namun, itu bukan berarti pemerintah berdiam diri dan membiarkan kenaikan harga memberi dampak buruk kepada masyarakat. "Kalau kita melihat secara keseluruhan tetap sehat, karena administered price kita masih terjaga, tekanan harga komoditas masih dijaga," tambah Masyita.
Pemerintah, kata dia, memproyeksikan kondisi tahun depan akan sedikit membaik ketimbang saat ini. Harga komoditas pangan dan energi juga diprediksi cenderung menurun dari posisi saat ini. Dus, windfall profit yang diterima APBN juga akan termoderasi.
Baca juga: Wapres Yakin Lonjakan Harga Kebutuhan Pokok Bersifat Sementara
Dengan kata lain, peningkatan maupun penurunan harga komoditas global tidak memberi dampak signifikan pada APBN secara total. "Karena peningkatan harga, windfall, kontrol harga, net-nya itu netral terhadap APBN. Kita berharap ke depan tetap seperti ini, sehingga APBN cukup sehat untuk mendorong pemulihan ekonomi," imbuhnya.
Kepala Divisi Fixed Income Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menilai pengendalian tingkat inflasi amat ditentukan oleh sikap dan langkah yang diambil Bank Indonesia. Saat ini, keputusan Bank Sentra menaikkan suku bunga acuan dirasa dapat menahan laju inflasi.
"BI kemarin mengambil kebijakan yang pre-emptive. Kita melihat ini harapannya ini bisa meng-anchor ekspektasi inflasi. Melihat dari administered price dan volatile food, karena dua itu yang bisa mengarahkan inflasi sepeti apa," kata Handy.(OL-11)
KOTA Batu tak hanya lekat dengan suguhan pemandangan alam, kabut, dan kesejukan udara, tetapi juga hamparan perbukitan dan perkebunan milik warga hadir memanjakan mata.
PEMERINTAH dinilai perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan Over Dimension Overloading (ODOL) serta mencari solusi yang komprehensif dan berkelanjutan,
EFEKTIVITAS Bantuan Subsidi Upah (BSU) sebagai instrumen peningkatan daya beli masyarakat kembali dipertanyakan. Sebab program tersebut tidak memberikan kontribusi signifikan.
PEMERINTAH didorong untuk bisa mengakselerasi belanja negara untuk mendukung perekonomian di dalam negeri.
PERCEPATAN pembentukan Koperasi Desa/ Kelurahan (Kopdes/Kel) Merah Putih menunjukkan progres yang signifikan. Hingga Jumat (13/6), sebanyak 79.882 unit atau 96% dari target 80.000
DPRD DKI Jakarta merespons rencana pemerintah yang membuka peluang bagi instansi pemerintahan menggelar rapat di hotel.
Harga beras yang terus naik dalam beberapa bulan terakhir telah menambah tekanan terhadap rumah tangga dengan penghasilan rendah.
Pada periode yang sama tahun lalu, harga cabai merah tercatat berada dalam kisaran Rp20.000 hingga Rp24.000 per kilogram,
MENTERI Perdagangan (Mendag) Budi Santoso memantau harga dan pasokan barang kebutuhan pokok (bapok) di Pasar Kebon Kembang, Bogor, Jawa Barat pada Rabu, (26/3).
Harga cabai dan bawang merah mengalami lonjakan tertinggi dibanding sejumlah barang kebutuhan lainnya seperti beras, gula, mintak goreng, telur ayam ras dan daging ayam potong.
Masyarakat diingatkan untuk tidak melakukan penimbunan ataupun melakukan penyelewangan yang berdampak mempengaruhi harga bahan pokok saat Ramadan.
SATGAS Pangan Polri bersama Badan Kebijakan Perdagangan (BKPN) Kementerian Perdagangan memonitor harga dan ketersediaan bahan pokok untuk memastikan stabilitas harga bahan pokok
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved