Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
PADA akhir perdagangan Selasa waktu setempat, dolar Amerika Serikat (AS) terpantau menguat. Hal itu dipengaruhi pelaku pasar menunggu keputusan kebijakan utama dari Bank Sentral AS (The Fed).
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,66% menjadi 107,1880. Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,0126 per dolar AS, dari 1,0223 per dolar AS di sesi sebelumnya.
Baca juga: Kepala IMF: Resesi AS Diperlukan untuk Taklukkan Inflasi
Adapun pound Inggris turun menjadi 1,2029 per dolar AS, dari sesi sebelumnya berkisar 1,2048 per dolar AS. Dolar Australia turun menjadi 0,6933 per dolar AS, dari sebelumnya 0,6954 per dolar AS.
Dolar AS dibeli 136,68 yen Jepang, atau lebih rendah dari 136,70 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Sementara, dolar AS turun menjadi 0,9629 franc Swiss, dari sebelumnya 0,9646 franc Swiss.
Baca juga: Bank Sentral Sedunia Hadapi Tantangan yang Kompleks
Reaksi pasar muncul di tengah perkiraan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan yang cukup besar. Dalam hal ini, ketika mengakhiri pertemuan kebijakan dua hari.
Sementara itu, indeks kepercayaan konsumen AS turun menjadi 95,7 pada Juli 2022. Itu merupakan level terendah sejak Februari 2021. Apalagi di tengah proyeksi ekonomi AS yang meredup akibat kenaikan tingkat inflasi.(Ant/OL-11)
Bank Rakyat Indonesia (BRI) berkomitmen untuk terus mendukung perekonomian nasional. Ini dilakukan perseroan melalui pemberdayaan terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Penutupan sebagian pemerintah AS (shutdown) selama lima pekan, merusak kinerja ekonomi domestik pada kuartal I 2019. Namun, dampak gangguan diprediksi akan segera pulih.
Suku bunga saat ini "sesuai", kata Powell dalam sebuah wawancara luas, acara berita selama 60 menit di CBS tv.
Tingkat pinjaman kepada perbankan umum akan dipangkas 35 basis poin (bps) menjadi 5,40%. Penurunan itu menjadi level terendah sejak 2010.
Inflasi di negara ekonomi terbesar ketiga dunia itu naik 4% secara tahun ke tahun (YoY), kenaikan paling tajam sejak 1981.
BANK of England telah menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak akhir 2008, pasalnya mereka terus memerangi inflasi yang sangat tinggi di Inggris.
POLEMIK kebijakan pascapandemi, dan memanasnya konflik geopolitik menjadi faktor pembeda jika dibanding dengan pemicu krisis ekonomi sebelumnya, seperti pada 1998 dan 2008.
SEJAK pandemi covid-19 hingga saat ini dan seterusnya, inflasi telah menjadi perhatian utama bagi para pengambil kebijakan ekonomi dan moneter di seluruh dunia.
Orang nomor satu di Federal Reserve System (The Fed) akan memberikan petunjuk terkait prospek suku bunga AS.
Bank sentral AS (The Fed) telah meluncurkan kebijakan agresif untuk mendukung pasar di tengah pandemi Covid-19. Akan tetapi, nilai tukar dolar AS masih melemah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved