Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
BADAN Anggaran (Banggar) DPR menyepakati postur makro fiskal 2023 dengan beberapa indikator berbeda dari usulan pemerintah dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) 2023. Panja DPR menyepakati pendapatan negara tahun depan menjadi 11,19% sampai 12,24% terhadap PDB (produk domestik bruto) yang berbeda dari usulan awal dalam KEM PPKF sebesar 11,19% sampai 11,7%.
Pendapatan negara itu meliputi penerimaan perpajakan yang disepakati 9,3%-10% terhadap PDB dari semula 9,3%-9,59%. Kemudian pendapatan negara juga meliputi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang disepakati sebesar 1,88%-2,22% dari semula dalam KEM PPKF sebesar 1,88%-2,08%.
"Asumsi makro yang diputuskan ini berpotensi berbeda dengan yang akan ada dalam UU APBN dan Nota Keuangan 2023 mengingat dinamika global masih membayangi perekonomian," ungkap Ketua Banggar DPR Said Abdullah dalam Rapat Kerja (Raker) bersama pemerintah dan Bank Indonesia, Senin (27/6). Untuk hibah masih sama antara usulan dalam KEM PPKF maupun kesepakatan Panja DPR yaitu 0,01%-0,02%.
Baca juga: 1 Juli, Beli Pertalite dan Solar Harus Pakai Aplikasi
Belanja negara disepakati 13,8%-15,1% atau meningkat dari usulan awal 13,8%-14,6%. Ini terdiri dari belanja pusat menjadi 9,85%-10,9% dari 9,85%-10,54% dan Transfer ke Daerah 3,95%-4,2% dari 3,95%-4,06%.
Selanjutnya untuk keseimbangan primer disepakati 0,46%-0,65% dari usulan semula sebesar 0,46%-0,61%. Target batas atas defisit pun disepakati turun oleh Panja DPR sebesar 2,61%-2,85% dari 2,61%-2,9% dalam KEM PPKF.
Untuk pembiayaan disepakati 2,61%-2,85% dari 2,61%-2,9% meliputi SBN neto 2,93%-3,95% dari 2,93%-4,1%, rasio utang 40,58%-42,35% dari 40,58%-42,42$ PDB, dan investasi neto masih sama 0,32%-1%. (OL-14)
Hingga April 2025, penerimaan kepabeanan dan cukai mencapai Rp100 triliun atau 33,1% dari target, tumbuh 4,4% (yoy), utamanya didorong oleh lonjakan penerimaan bea keluar.
Jose juga menyoroti pentingnya peran UMKM dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional. Ia menilai bahwa dalam setiap krisis, UMKM selalu menjadi penyelamat ekonomi.
(APBN) hanya mampu memenuhi sekitar 12,3% dari total kebutuhan pendanaan aksi iklim yang diperkirakan mencapai Rp4.000 triliun hingga 2030.
PEMERINTAH dipandang perlu untuk segera memperbaiki kebijakan fiskal dan kebijakan lainnya yang dinilai mengkhawatirkan oleh pelaku pasar dan investor.
MANAJER Riset Sekretaris Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Badiul Hadi menilai ada anomali dalam pengelolaan fiskal Indonesia.
Pengamat perbankan Arianto Muditomo memperkirakan utang luar negeri (ULN) pada pemerintah Presiden Prabowo Subianto akan terus melonjak.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved