Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
GURU Besar IPB University Hermanto Siregar berpandangan, adanya tren kenaikan inflasi global menyebabkan meningkatkan harga-harga pangan di hampir seluruh negara termasuk di Indonesia.
Seperti diketahui, sejak Februari hingga saat ini konflik antara Rusia-Ukraina masih berlanjut. Suplai komoditas seperti gandum ikut tersendat akibat perang tersebut. Indonesia pun masih bergantung pada impor produk pangan, mulai dari gandum, gula hingga kedelai.
"Tentu sangat sulit untuk melawan tren global. Kita pun masih bergantung pada impor komoditas gandum dan gula," ucap Hermanto kepada Media Indonesia, Kamis (16/6).
Selain itu, ia menjelaskan, ada masalah risiko perubahan iklim yang mengganggu produksi beberapa tanaman pangan. Sehingga, hal ini mempersulit upaya menstabilkan harga pangan di dalam negeri.
Terakhir, yang disoroti Hermanto, masih persoalan koordinasi kebijakan antar lembaga soal penanganan pangan.
"Kebijakan ini relatif sulit mensinergikan kebijakan lintas kementerian dan lembaga," tudingnya.
Untuk masalah belum turunnya harga minyak goreng curah dianggap Hermanto, cukup mengganggu masyarakat kecil yang hampir setiap hari menggunakan minyak goreng dalam menyiapkan makanannya.
Baca juga : Sri Mulyani Apresiasi Peran Akademisi dalam Presidensi G20
Yang lebih terasa dampaknya juga ialah para pedagang gorengan maupun warung-warung makan sederhana.
"Ini memang terdampak karena tiap hari digunakan dan cukup mengganggu juga terhadap daya beli mereka," kata dia.
Terpisah, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan saat mengunjungi Pasar Cibubur di Jakarta Timur menjelaskan, harga cabai rawit merah masih naik 30% dari Rp80 ribu per kilogram (kg), melonjak menjadi Rp110 ribu per kg.
Lalu, bawang merah naik 20%. Harga telur ayam juga ikut melonjak dari Rp26 ribu per kg menjadi Rp29 ribu. Harga kedelai masih tinggi, dari Rp7-8 ribu per kg, menjadi Rp12 ribu per kg.
Selain masalah cuaca esktrem, Ia mengaitkan ini dengan persoalan ketergantungan Indonesia pada impor pangan di tengah disrupsi global, sehingga membuat harga-harga pangan melonjak tinggi.
"Kita akan selesaikan bareng-bareng. Tentu tidak mudah, apalagi menyangkut pangan impor. Kenapa ayam naik, itu pakannya karena jagungnya juga impor. Jadi, kita masih tergantung impor," kata Mendag. (OL-7)
Badan Pangan Nasional (Bapanas) berkomitmen terus membantu pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor pangan lokal.
Pengaruh El-Nino membuat masa panen di Kabupaten Kuningan yang seharusnya dilakukan Maret mundur sebulan.
Pemerintah daerah perlu turun tangan. Salah satunya berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk menginventarisasi lulusan sekolah yang belum mendapatkan pekerjaan.
Dengan inovasi benih, tidak ada alasan salah satu tanaman pangan tidak bisa ditanam di satu daerah karena kondisi geografisnya.
Pada gelaran itu disiapkan berbagai komoditas seperti beras, telur ayam, dan cabai merah. Harganya lebih murah dibanding di pasaran.
Keterbatasan lahan sejatinya tidak harus jadi kendala bagi Kota Sukabumi bisa meningkatkan produksi pangan lokal.
Saat ini, para perajin masih terus memproduksi tahu, meski keuntungan mereka terus menyusut.
Harga cabai rawit merah itu setara dua kilogram daging ayam, yang harganya saat ini sebesar Rp38 ribu per kilogram.
Dalam kurun dua hari terakhir harga cabai rawit merah naik cukup signifikan
Imbas kenaikan harga komoditas hortikultura membuat pendapatan pedagang turun
Di Pasar Sederhana, Kota Bandung, Rabu (21/2), sejumlah kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan di antaranya cabai, tomat, kentang dan telur ayam.
Telur yang kondisinya layak jual kini dihargai Rp33 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp32 ribu per kilogram
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved