Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Transformasi BRI Raih Kinerja Cemerlang

Mediaindonesia.com
17/5/2022 07:23
Transformasi BRI Raih Kinerja Cemerlang
CEO BRI Group Sunarso mengungkapkan kunci keberhasilan ini tak lepas dari transformasi digital dan culture.(Ist/BRI)

TRANSFORMASI BRI Group membuahkan kinerja mengesankan di tengah kondisi ekonomi penuh ketidakpastian. Pada kuartal pertama 2022, perseroan mampu mencatatkan laba bersih konsolidasian senilai Rp12,22 triliun atau tumbuh 78,13% year on year.

Adapun untuk aset BRI, pada akhir Maret 2022 mencapai Rp1.650,28 triliun atau tumbuh 8,99% yoy.

CEO BRI Group Sunarso mengungkapkan kunci keberhasilan ini tak lepas dari transformasi digital dan culture.

Pada aspek digital, antara lain mendigitalkan proses bisnis untuk mencapai efesiensi dan digitalisasi model bisnis untuk menciptakan value baru. Untuk aspek culture, BRI bergerak menuju performance driven culture (budaya berbasis kinerja).

Baca juga: Sinergi Bank Raya dan BRI, Bidik Pencairan Pinjaman Rp7,7 Triliun Lewat Agen BRILink

"Performance driven culture saya definisikan ketika setiap individu di organisasi mampu merancang dan merencanakan suksesnya sendiri. Tugas perusahaan hanya menyediakan tempat berkompetisi untuk mengeluarkan potensi terbaik setiap individu," jelas Sunarso dalam acara Halal Bi Halal BRI bersama Pemimpin Redaksi Media di Jakarta, Jumat (13/5).

Lebih jauh, lanjut Sunarso, BRI menetapkan fokus transformasi pada liabilities. Sunarso meminta dana-dana mahal seperti dana kelembagaan dan korporasi hanya boleh diurus kantor pusat. Adapun cabang-cabang hanya boleh mencari dana retail.

Berkat kebijakan itu, cost of funds perusahaan turun menjadi yang terendah sepanjang sejarah BRI yakni 1,7%.

"Itu transformasi liabilities. Dari situ berawal semua kinerja baik. Karena nyari dana retail tak hanya nyari dana, berarti harus mengembangkan transaksi, maka transaksi itu menghasilkan float dari transaksi yang disebut CASA dan mendapatkan fee jadi fee based income," jelas Sunarso.

"Maka laba rugi kita dipasok aset spread yang relatif sudah turun, tetapi diimbangi liabilities spread yang makin tebal, ditambah lagi fee based income. Jadi laba kita dipasok tiga komponen income, yakni aset spread, liabilities spread, dan fee based income. Itulah yang kemudian bisa menghasilkan laba Rp12,2 triliun selama tiga bulan."

Optimisme

Sunarso pun optimistis kinerja BRI ke depan di tengah kondisi ekonomi yang masih diselimuti ketidakpastian. Berdasarkan analisa, kata Sunarso, loan growth-nya BRI tidak sensitif terhadap krisis.

“Ketika awal pandemi semuanya ambruk, kita keluar duluan untuk mengatakan BRI harus fokus penyelamatan UMKM dan tetap menumbuhkan kredit,” jelasnya.

Sunarso juga menyebut tidak mengalami kesulitas likuiditas. Bahkan loan to deposit ratio (LDR) BRI sepanjang dua tahun ini tidak pernah tembus 90%. Hal tersebut menunjukkan ketersediaan likuiditas.

Justru, katanya, loan demand-nya yang lemah. Namun hal itu disiasati BRI dengan mengantarkan stimulus-stimulus dari pemerintah.

“Maka begitu dianalisa pakai ekonometrika, keluarlah angkanya bahwa ternyata loan growth BRI tidak sensitif terhadap krisis. Jadi boleh dikatakan, kalau krisis terjadi, BRI itu tetap tumbuh kreditnya,” ujar Sunarso.

“Yang perlu kita pikirkan ada dua. Pertama, likuiditasnya ada apa tidak, itu nanti terkait dengan inflasi, kebijakan uang ketat, dan lain-lain. Kedua adalah modal atau equity, ini tidak usah diragukan karena BRI kemarin right issue dalam rangka holding ultramikro, kita dapat tambahan modal cash Rp41 triliun, cukup untuk tumbuh selama tiga tahun,” pungkasnya. (Ifa/S3-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya