Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2023 Gambarkan Ketidakpastian Masih Tinggi 

M. Ilham Raamadhan Avisena
16/2/2022 19:34
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2023 Gambarkan Ketidakpastian Masih Tinggi 
Suasana pusat kota Jakarta(MI/Usman Iskandar)

DIREKTUR Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai, target pertumbuhan ekonomi 2023 yang dipatok pemerintah di kisaran 5,3% hingga 5,9% menggambarkan ketidakpastian masih cukup tinggi. Itu karena rentang prakiraan yang terlampau lebar, berbeda dari sebelumnya. 

"Proyeksi itu cukup jauh, 5,3%-5,9%, itu menandakan bahwa ruang ketidakpastiannya itu masih relatif tinggi. Biasanya spread sekitar 0,3 basis poin, kalau terlalu lebar itu menandakan uncertainty dari pemerintah cukup tinggi. Biasanya tidak setinggi itu kalau kita lihat di Nota Keuangan, range lebih sempit," ujarnya kepada Media Indonesia, Rabu (16/2). 

Tauhid juga berpendapat, prakiraan pertumbuhan ekonomi itu terlalu optimistis. Padahal batas dasar perekonomian di 2022 juga belum dapat diterawang dengan jelas. Terlebih pada triwulan I ini covid-19 varian omikron merebak dan sedikit menghambat laju pertumbuhan ekonomi. 

Narasi optimistis yang disampaikan pemerintah menurutnya dapat diartikan bahwa pengambil kebijakan berasumsi pandemi berakhir di pertengahan 2022. Tauhid mengatakan, hal itu sejatinya tak bisa diprediksi dan diketahui pasti. 

"Tentu itu bisa saja memang ke arah sana (sesuai proyeksi pemerintah). Tapi lagi-lagi seberapa jauh kita bisa mengendalikan varian dari covid, dan apakah varian-varian covid-19 sudah selesai atau justru ada yang baru. Itu kita menunggu informasi dari negara-negara lain. Kita tetap harus berjaga-jaga," jelasnya. 

Lebih lanjut, Tauhid berpendapat program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) berpotensi untuk ditekan atau dihentikan sama sekali pada 2023. Hal itu dikarenakan pemerintah menyatakan pemulihan tahun depan tak lagi mengandalkan APBN. 

"Ini dibaca sebagai PEN itu tidak ada lagi, itu bacaannya, di 2023 PEN tidak ada. Sehingga pemerintah menggunakan APBN ke pola normal, sehingga defisit jadinya bisa di bawah 3%. Sinyalemen itu berarti program pemulihan tidak diberlakukan lagi tahun depan," tuturnya. 

Baca juga : Inflasi Global akan Ganggu Pemulihan Ekonomi Nasional

Diketahui pemerintah menargetkan ekonomi Indonesia bakal tumbuh di kisaran 5,3% hingga 5,9% pada 2023. Pertumbuhan itu akan ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang ditaksir tumbuh 5,1%, investasi 6,2%, ekspor 6,7%, dan industri pengolahan bertumbuh sesuai dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). 

"Pertumbuhan ekonomi 2023 tadi disepakati, dilaporkan ke Bapak Presiden di kisaran 5,3% sampai 5,9%," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers Sidang Kabinet Paripurna yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (16/2). 

Selain itu, dinyatakan pula APBN tak lagi menjadi mesin utama pertumbuhan maupun pemulihan ekonomi di 2023. Alasannya, konsumsi masyarakat diyakini akan tumbuh dengan baik dan menjadi mesin utama bagi perekonomian nasional. 

"APBN tetap akan bersifat suportif tapi peranan dari non-APBN juga sangat penting," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawari selepas mengikuti rapat sidang kabinet di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (16/2). 

Kinerja konsumsi, investasi dan ekspor disiapkan untuk menjadi mesin utama. Pada 2021, tiga sektor tersebut sudah memberi kontribusi cukup baik bagi pertumbuhan ekonomi nasional. 

"Kita berharap konsumsi kembali tumbuh di atas 5%. Pada 2021, pertumbuhan konsumsi hanya 2%. Jadi, kalau kegiatan masyarakat sudah mengadopsi kenormalan baru, kita harap konsumsi kembali tumbuh dan jadi penopang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi," jelas mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik