Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Bank Dunia: Awas Bahaya Pengabaian Pertumbuhan Utang

Mediaindonesia.com
15/2/2022 21:07
Bank Dunia: Awas Bahaya Pengabaian Pertumbuhan Utang
Gedung Bank Dunia pada 16 Januari 2021 di Washington, DC, AS.(AFP/Daniel Slim.)

PENUNDAAN dalam menangani beban utang yang meningkat di negara-negara miskin tampaknya tidak mungkin diselesaikan oleh G20. Seorang pejabat tinggi Bank Dunia memperingatkan itu.

Karena suku bunga mulai naik di seluruh dunia, ini memberikan lebih banyak tekanan kepada peminjam. Para menteri keuangan Kelompok 20 akan bertemu di Indonesia minggu ini.

Namun Kepala Ekonom Bank Dunia Carmen Reinhart skeptis akan ada resolusi segera untuk membantu mengatasi utang yang tidak berkelanjutan. "Penundaan itu benar-benar bermasalah," katanya kepada AFP dalam suatu wawancara. 

Dia memperingatkan bahwa rata-rata lama krisis utang pemerintah ialah sembilan tahun. Ini akan menciptakan dekade yang hilang bagi negara-negara yang sudah rentan.

Selama pandemi covid-19, G20 menerapkan inisiatif penangguhan layanan utang untuk membantu negara-negara ketika mereka meningkatkan pinjaman untuk menangani krisis kesehatan dan ekonomi. Akan tetapi program itu berakhir pada Desember.

Yang disebut kerangka kerja bersama dimaksudkan menawarkan cara merestrukturisasi beban utang besar tetap mengalami ketidakpastian. Hanya tiga negara-- Chad, Ethiopia, dan Zambia--telah meminta negosiasi.

Masalahnya, kata Reinhart, "Negara-negara kecil ini tidak sistemis. Mereka tidak akan membuat atau menghancurkan pandangan global. Jadi sayangnya, itu berarti mereka dapat dengan mudah menyelinap ke wilayah penundaan dan tetap berada di situ."

Ekonomi maju menawarkan toleransi utang untuk membantu negara-negara yang memiliki kemiskinan tinggi dan pendapatan per kapita rendah menangani pandemi. Namun dia mengatakan, "Kerusakan masih berlangsung."

Ditanya tentang dia mengharapkan dorongan lain untuk menangani masalah utang di G20 minggu ini, pejabat itu berkata, "Saya harap mereka melakukannya. Tapi saya tidak optimistis."

Dalam Laporan Pembangunan Dunia yang dirilis Selasa, pemberi pinjaman global kembali menandai masalah kerentanan utang tersembunyi. Ini karena meningkatnya utang sektor swasta selama pandemi serta kurangnya transparansi seputar pinjaman, terutama oleh Tiongkok.

"Bukan hal-hal yang Anda lihat yang membuat Anda, tetapi itu yang tidak Anda lihat," kata Reinhart. Ia mencatat kurangnya informasi tentang pinjaman macet tersembunyi.

Baca juga: Turki Minta Pemimpin Bisnis Uni Emirat Arab Investasi di Negaranya

Laporan Bank Dunia mendesak para pembuat kebijakan di negara-negara debitur untuk menghadapi risiko ekonomi yang mendesak, menangani kredit macet dengan cepat untuk menopang sistem keuangan mereka, serta mengatasi utang pemerintah yang tinggi. Itu lebih mendesak karena kenaikan harga secara global telah mendorong bank sentral utama untuk mulai menaikkan suku bunga acuan. Federal Reserve AS diperkirakan melakukannya bulan depan. (AFP/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya