Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor Indonesia mengalami penurunan secara bulanan (month to month/mtm) pada Januari 2022 sebesar 14,29%, dari US$22,36 miliar di Desember 2021 menjadi US$19,16 miliar.
Penurunan secara bulanan itu utamanya disebabkan oleh menurunnya kinerja ekspor di sektor pertambangan dan lainnya sebesar 42,88% (mtm).
"Ekspor pertambangan dan lainnya ini mengalami penurunan tertinggi dikarekanakan penurunan komoditas batu bara yang turun 61,14%. Kemudian untuk komoditas lignit turun cukup besar sebesar 69,28%," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto dalam konferensi pers, Selasa (15/2).
Dia menambahkan, harga batu bara di tingkat dunia pada Januari 2022 juga tercatat mengalami penurunan sebesar 0,81%. Sementara beberapa komoditas non migas yang mengalami peningkatan secara bulanan adalah minyak kelapa sawit, minyak kernel, alumunium, timah, nikel, tembaga, dan karet.
Komoditas non migas yang mengalami peningkatan harga cukup besar secara bulanan yakni secara minyak kernel naik 17,96% (mtm), nikel 11,69% (mtm), dan alumunium meningkat 11,52% (mtm).
Baca juga: Impor Indonesia Turun 14,62% pada Januari 2022
Sementara harga komoditas komoditas minyak mentah Indonesia di pasar dunia naik dari US$73,6 per barel pada Desember 2021 menjadi US$85,89 per barel pada Januari 2022.
Selain sektor pertambangan dan lainnya, tiga sektor ekspor lain seperti migas; pertanian, kehutanan, dan perikanan; serta industri pengolahan juga mengalami penurunan masing-masing -17,59% (mtm), -5,79% (mtm), dan -7,91% (mtm).
Ekspor migas Januari 2022 tercatat mengalami penurunan 17,59% (mtm), dari US$1,09 miliar di Desember 2021 menjadi US$0,90 miliar. Penurunan juga terjadi pada ekspor non migas sebesar 14,12% (mtm) dari US21,27 miliar menjadi US$18,26 miliar.
"Secara bulanan, total ekspor mengalami penurunan. Kalau kita lihat menurut sektor, seluruhnya mengalami penurunan. Ini karena faktor musiman, di mana setiap Januari itu selalu lebih rendah dari Desember di dua tahun terakhir," kata Setianto.
Namun bila dibandingkan secara tahunan (year on year/yoy) tercatat terjadi pertumbuhan nilai ekspor sebesar 25,31% dari US$15,29 miliar di Januari 2021 menjadi US19,16 miliar di Januari 2022.
Tercatat ekspor migas mengalami pertumbuhan 1,96% (yoy) dari US$0,88 miliar di Januari 2021. Peningkatan juga terjadi pada ekspor non migas sebesar 26,74% (yoy) dari US$14,41 miliar.
"Kalau dilihat perubahan secara tahunan, seluruh sektor masih mengalami peningkatan, dan ekspor industri pengolahan mengalami peningkatan tertinggi, sebesar 31,16%. Hal ini didorong oleh peningkatan pada komoditas besi baja yang naik 126,56%, kemudian pakaian jadi atau konveksi juga meningkat 47,05%," jelas Setianto. (OL-4)
pemerintah Indonesia sedang melanjutkan negosiasi untuk komoditas Indonesia yang sangat dibutuhkan dan tidak diproduksi/ tidak tersedia di Amerika Serikat (AS)
HILIRISASI berkelanjutan memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional. Setiap komoditas kelolaan diolah hingga menjadi produk hilir yang menjadi bahan baku.
Skema kerja sama merupakan bagian dari kesepakatan tarif timbal balik antara kedua negara.
Airlangga Hartarto mengungkapkan sejumlah komoditas yang tengah diperjuangkan agar mendapat tarif impor lebih rendah dari 19% saat masuk ke pasar Amerika Serikat (AS).
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa harga cokelat di pasar internasional tengah mengalami lonjakan tajam.
Sejumlah Komoditas Ekspor Indonesia Diupayakan Kena Tarif 0% ke AS
Neraca perdagangan Indonesia pada April tercatat surplus sebesar US$160 juta. Kendati surplus, angka ini turun drastis dibandingkan capaian pada Maret 2025 yang mencapai US$4,33 miliar.
Surplus neraca perdagangan Indonesia masih mencatat angka besar, namun sejumlah risiko mulai mengintai kelanjutannya. Pada Maret 2025, surplus dagang Indonesia mencapai US$4,33 miliar.
Kebijakan tarif impor AS itu akan mengganggu neraca pembayaran Indonesia, khususnya neraca perdagangan dan arus investasi. Ini mengingat AS adalah mitra dagang utama Indonesia.
EKONOM Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang menuturkan penurunan surplus neraca perdagangan pada Februari 2025 dibandingkan Januari lebih disebabkan oleh peningkatan impor.
NERACA perdagangan Indonesia masih resilien di tengah pelemahan ekonomi global. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ssebesar US$3,45 miliar atau senilai Rp55,81 triliun pada Januari 2025.
Bergabungnya Indonesia menjadi anggota penuh BRICS adalah Indonesia bisa membuka akses market ke pasar global dan potensi meningkatkan kualitas neraca dagang luar negeri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved