Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Harga Sembako Naik, CORE: Hanya Musiman, Biarkan Petani Menikmatinya 

Fetry Wuryasti
29/12/2021 20:09
Harga Sembako Naik, CORE: Hanya Musiman, Biarkan Petani Menikmatinya 
Pedagang sembako di Pasar Jatinegara, jakarta(Antara/Aditya Pradana Putra)

MENANGGAPI naiknya harga pangan pokok seperti beras, cabai, telur, dan daging ayam, termasuk minyak goreng, Research Associate Core Indonesia Dwi Andreas menekankan kenaikan itu hanya akan berlangsung sementara. 

Dia akui kenaikan bahan pokok ini sudah di atas batas psikologis, seperti harga cabai di atas Rp100 ribu per kg, lalu minyak goreng curah yang telah naik dari Rp11 ribu menjadi Rp18 ribu per liter, harga telur yang lonjakanya tinggi di atas Rp30 ribu per kg.  

"Ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Kenaikan harga minyak masih oke, hanya kami dengar, produksi kedelai Brasil akan tingkat, dan panen di Januari. Kenaikan besar produksi kedelai diharapkan akan menurunkan harga minyak sayur dunia, termasuk koreksi harga minyak goreng di Februari," kata Andreas, Rabu (29/12). 

Kemudian, terkait cabai, yang terjadi sesuai siklus. Pada iklim kemarau basah seperti Desember, harga cabai pasti naik, dan puncak di Januari. Harga cabai kemudian akan turun di Februari.  

"Yang paling penting, konsumen tidak perlu heboh dengan kenaikan komoditas ini. Yang penting bagaimana harga tinggi di tingkat konsumen, tertransformasi dengan baik ke petani," 

Ketika harga cabai hancur sebelumnya, petani tidak untung karena mereka gagal panen juga. Sehingga saat ini petani sedang menikmati harga tinggi, tapi bukan untung besar. 

"Tapi yang penting transformasi harganya harus bagus. Laporan yang kami terima, harga cabai keriting di tingkat petani mencapai Rp80 ribu per kg," kata Andreas. 

Baca juga : Erick Thohir Dukung Program Banjar Creative Space di Bali

Kemudian pada telur ayam, kenaikan juga bisa dinilai wajar. Siklus yang terjadi kenaikan hingga Januari, kemudian setelah itu akan turun harga telur hingga April, dan naik kembali harganya di Juli dan Agustus. Lalu turun lagi harganya hingga September.  

"Karena siklus telur dan daging ayam terbaca, seharusnya bisa diantisipasi," kata Andreas. 

Lalu solusinya terkait kenaikan harga gabah, dalam catatan CORE, saat ini setiap bulan naiknya sudah agak tinggi, pada tingkat harga petani dari Rp4.800 di November sudah Rp5.130 di Desember. 

"Ada kemungkinan melonjak tinggi di Januari dan berakibat harga beras tinggi," kata Andreas.  

Sedangkan stok Bulog relatif lebih rendah dari stok aman, kurang dari 900 ribu ton, seharusnya 1,5 juta ton. Andreas meminta agar pemerintah berhati-hati membuat kebijakan agar tidak terjadi gejolak harga beras. 

"Saya mohon pemerintah jangan ada wacana impor, biarkan petani yang menikmati harga petani. Jadi pemerintah jangan buru-buru. Kalau mengutus impor, bisa kacau harga di petani pas datangnya impor bertepatan panen raya," kata Andreas. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya