Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Pengembang Properti Tiongkok Alami Gagal Bayar Utang

Mediaindonesia.com
06/12/2021 14:22
Pengembang Properti Tiongkok Alami Gagal Bayar Utang
Kaisa Plaze milik pengembang Tiongkok Kaisa Group di Beijing pada 3 Desember 2021.(AFP/Jade Gao.)

SATU pengembang properti Tiongkok gagal membayar obligasi yang jatuh tempo. Ini dikatakan karena masalah likuiditas di tengah tindakan keras pemerintah terhadap sektor yang sarat utang teersebut.

Industri realestat Tiongkok--pendorong pertumbuhan utama dalam ekonomi terbesar kedua di dunia--melemah dalam beberapa bulan terakhir setelah Beijing memperketat aturan pembelian rumah dan meluncurkan serangan regulasi terhadap spekulasi. Langkah tersebut telah membuat pusing beberapa pengembang besar, terutama Evergrande, dengan volume terbesar kedua di negara itu yang terbebani oleh utang miliaran dolar.

Pada Senin (6/12), Sunshine 100 China Holdings yang terdaftar di Hong Kong mengatakan telah melewatkan tenggat waktu pada Minggu (5/12) untuk melakukan pembayaran pokok dan bunga sebesar US$179 juta pada obligasi denga kupon 10,5%. Gagal bayar itu karena, "Masalah likuiditas yang timbul dari dampak buruk sejumlah faktor termasuk lingkungan makroekonomi dan industri realestat," kata perusahaan itu.

Sunshine 100 telah berulang kali berjuang untuk memenuhi kewajiban utangnya tahun ini. Ia pun gagal membayar obligasi pada Agustus. Perusahaan itu sekarang memiliki US$385 juta dari uang kertas dolar yang beredar, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

Evergrande--yang tenggelam dalam utang US$300 miliar--sejauh ini berhasil menghindari default, tetapi memiliki kupon obligasi dolar senilai total US$$82,5 juta yang jatuh tempo Senin, ketika masa tenggang 30 hari berakhir, menurut Bloomberg. Pada Jumat, pendirinya, Xu Jiayin, dipanggil oleh pejabat setelah perusahaan mengeluarkan pernyataan yang memperingatkan bahwa mereka mungkin tidak memiliki cukup uang untuk terus melakukan kewajiban keuangannya.

Pemerintah Provinsi Guangdong kemudian mengatakan akan mengirim kelompok kerja ke Evergrande untuk mengawasi dan mempromosikan manajemen risiko perusahaan. Saham raksasa properti itu jatuh lebih dari 12% ketika pasar dibuka Senin pagi.

Baca juga: Tiongkok Minta Perusahaan Transportasi Daring Didi Tinggalkan Bursa New York

Pengembang saingannya, Kaisa, pekan lalu mengatakan telah gagal dalam tawaran untuk pertukaran utang yang akan memberinya waktu penting untuk membayar kembali sebagian obligasinya. (AFP/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya