Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Presiden: PLTA Kayan akan Jadi Kunci Pengembangan Transisi Energi 

Andhika Prasetyo
22/11/2021 19:09
Presiden: PLTA Kayan akan Jadi Kunci Pengembangan Transisi Energi 
Maket pengembangan PLTA Kayan di Kalimantan Utara(Antara/Aprilio Akbar)

PRESIDEN Joko Widodo menyebut pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan dengan daya 13 ribu megawatt akan menjadi kunci bagi keberhasilan pengembangan transisi energi di Tanah Air. 

PLTA Kayan yang disiapkan khusus untuk sumber energi bagi Green Industrial Park di Kalimantan Utara memakan dana yang sangat besar yakni lebih dari Rp340 triliun. 

Karena alasan itu pula, tidak banyak pelaku usaha baik lokal maupun asing yang berani melakukan terobosan dengan membangun infrastruktur tersebut. 

"Kalau skenario ini jalan, mungkin ke depannya akan lebih mudah," ujar Jokowi dalam Pembukaan The 10th Indonesia Ebtke Conex 2021, Senin (22/11). 

Untungnya, sambung kepala negara, sejauh ini sudah banyak perusahaan yang menunjukkan minat untuk bergabung di Kawasan Industri Hijau. Para pelaku usaha mengaku ingin barang-barang yang dihasilkan dicap sebagai produk hijau karena dianggap lebih dilirik oleh pasar. 

"Mereka mengantre meskipun nanti harga produk mereka akan jauh lebih tinggi dibandingkan produk yang dihasilkan dengan energi fosil," ucapnya. 

Nantinya, sumber energi dari PLTA Kayan akan memiliki grid dan transmisi khusus yang tidak tersambung ke PLN. 

Langkah tersebut sengaja dilakukan guna menciptakan kemandirian dan membuka kompetisi di sektor energi baru terbarukan. 

Baca juga : Sun Energy Siap Perluas Layanan Solusi Energi Surya

Namun, Jokowi mengungkapkan, jika pengembangan PLTA Kayan nantinya tidak disambut baik oleh industri, kepala negara pesimitis dengan nasib rencana ekspansi energi baru terbarukan ke depan. 

"Kalau kita mengharapkan pihak global, gratisan juga tidak mungkin. Kita sudah bicara dengan World Bank, investor dari Inggris waktu kita di Glasgow, mereka tidak mau nombokin biaya pengembangan. Pertanyaannya pasti ke sana, siapa yang mau menanggung," papar mantan wali kota Solo tersebut. 

Itulah yang kini menjadi tantangan terbesar dalam rangka transisi energi. 

Jokowi pun berjanji akan terus menyuarakan persoalan tersebut terutama dalam presidensi Indonesia di G20. 

Untuk itu, ia meminta bantuan dari seluruh pihak terkait untuk menghitung secara detil berapa biaya yang dibutuhkan untuk membangun sebuah pembangkit energi ramah lingkungan. 

"Nanti saya akan bilang ke semua pemimpin G20, saya akan tanya, ada kebutuhan dana sekian, skema apa yang bisa kita lakukan? Kalau ada, berarti kita bisa menyelesaikan transisi energi. Tapi, kalau tidak ada, ya tidak usah bicara. Pusing mikirin tapi tidak ada hasilnya," tandasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya