Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
Holding Perkebunan Nusantara, PT Perkebunan Nusantara III, bersama Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), mengambil langkah strategis dalam transisi energi melalui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 3 MW di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Sumatera Utara.
Inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang dalam mendukung optimalisasi potensi energi terbarukan nasional dan menarik lebih banyak investor ke KEK Sei Mangkei sebagai kawasan industri berwawasan lingkungan. Direktur Utama PTPN III Denaldy mengungkapkan pihaknya sangat berkomitmen dalam pengembangan EBT, salah satunya dengan peluncuran Eco Cycle untuk memastikan pemanfaatan seluruh limbah industri PTPN Group telah dimanfaatkan dalam program ekonomi sirkular.
"PTPN III bersama PNRE telah dan akan terus berkerja sama mengoptimalkan pemanfaatan EBT lainnya seperti program pengembangan Biodiesel untuk mendukung program B50 Pemerintah, program pengembangan Bioetanol, serta pengembangan Bioavtur (SAF)," ujar Denaldy, dalam keterangannya, Rabu (8/7).
Kerja sama PLTS 3 MW di KEK Sei Mangkei, Sumatera Utara ini merupakan sinergi lanjutan antara PTPN III dan PNRE. Sebelumnya telah terjalin kerja sama Bangun Guna Serah (BGS) PLTS berkapasitas 2 MW di KEK Sei Mangkei dan telah beroperasi sejak September 2021 hingga saat ini.
Denaldy menambahkan bahwa PTPN III selaku Holding BUMN perkebunan dan pemegang izin wilayah usaha di KEK Sei Mangkei mendukung target kebijakan EBT dalam bauran energi nasional serta mewujudkan program Asta Cita Pemerintah khususnya dalam bidang ketahanan/kemandirian energi.
“Kami mengapresiasi kerja sama erat dengan PNRE dan seluruh tim proyek. Semoga kolaborasi ini menjadi pijakan awal untuk lebih banyak inisiatif energi hijau lainnya di masa depan. Kolaborasi BUMN seperti ini akan menjadi pondasi penting bagi terwujudnya pembangunan berkelanjutan di Indonesia,” tutup Denaldy.
Sementara, Wakil Direktur Utama PT Pertamina Oki Muraza mengatakan dalam arahannya, Sinergi BUMN antara Pertamina dan PTPN III merupakan bagian dari upaya bersama untuk mempercepat pengembangan teknologi energi hijau di Indonesia.
“Harapannya, kolaborasi ini dapat diperluas ke sektor lain seperti biodiesel (FAME), Sustainable Aviation Fuel (SAF), dan bioethanol, sehingga memperkuat ekosistem energi terbarukan nasional secara menyeluruh," ujarnya.
Direktur Bisnis Holding Perkebunan Nusantara PTPN III Ryanto Wisnuardhy menambahkan, PLTS berkapasitas 3 MW ini memiliki potensi menurunkan emisi karbon sebesar 4.100 ton CO2 per tahun, atau setara 102.500 ton CO2 selama 25 tahun masa kerja sama.
Hal ini tidak hanya berkontribusi terhadap pencapaian target dekarbonisasi nasional, tetapi juga membuka peluang nilai tambah melalui skema perdagangan karbon di Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon).
Dengan estimasi produksi mencapai 103.000 MWh selama 25 tahun, PLTS ini diharapkan mampu menjamin pasokan energi hijau secara berkelanjutan kepada tenant-tenant di KEK Sei Mangkei.
Dalam hal ini, PTPN III sebagai pemegang Hak Pengelolaan Lahan (HPL) dan Wilayah Usaha Kelistrikan (Wilus) di KEK Sei Mangkei memegang peran sentral dalam mendukung proyek dan pembangunan ekonomi hijau. Ryanto menegaskan bahwa pengembangan EBT akan terus menjadi agenda strategis PTPN Group.
Selain PLTS, saat ini PTPN juga tengah mengembangkan proyek-proyek EBT lainnya melalui kemitraan strategis, seperti pembangunan pabrik biodiesel di KEK Sei Mangkei, pengembangan Compressed Biomethane Gas (CBG) dari limbah cair kelapa sawit (POME), pembangunan pabrik bioetanol di Glenmore, Jawa Timur, serta proyek Sustainable Aviation Fuel (SAF) atau Bioavtur di KEK Sei Mangkei.
Sementara itu, CEO Pertamina NRE, John Anis, menyampaikan pihaknya sangat antusias dengan sinergi BUMN ini. Menurutnya, kerja sama ini turut mendukung realisasi rencana usaha penyediaan tenaga Listrik (RUPTL).
“Pertamina NRE dan PTPN III memiliki semangat yang sama untuk mendukung transisi energi. Kami berharap energi terbarukan yang kami sediakan ini dapat memberikan nilai tambah bagi industri yang ada di KEK Sei Mangkei,” ujarnya.
PT Medco Energi Internasional Tbk, melalui anak usahanya PT Medco Power Indonesia (Medco Power), memulai operasi komersial PLTS berkapasitas 25 di Bali Timur.
PT Timah Tbk melalui anak usahanya, PT Timah Industri, meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Rooftop berkapasitas 303,1 kilowatt peak (kWp) di kawasan industri Cilegon.
PT Blasfolie Internasional Indonesia, salah satu perusahaan kemasan plastik di Indonesia yang berdiri pada 2015, meresmikan instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.
Percepatan pemanfaatan PLTS Atap khususnya di bangunan pemerintah, fasilitas publik, dan sektor bisnis, di Bali, merupakan satu dari tiga arah kebijakan untuk mewujudkan Bali Mandiri Energi.
Kerja sama ini bersifat eksklusif dan mencakup pengembangan sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk kawasan industri yang pasokan listriknya berada dalam cakupan layanan PT Bekasi Power.
Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), sebagai subholding dari PT Pertamina menyatakan keinginan untuk mengembangkan PLTN di Indonesia.
PRESIDEN Prabowo Subianto meresmikan sebanyak 55 pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) yang tersebar di 15 provinsi, termasuk milik Medco.
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 dinilai berpotensi menghambat momentum Indonesia dalam merealisasikan transisi energi.
Indonesia diproyeksikan akan menjadi net importer gas fosil pada 2040, hingga dampak kesehatan dan lingkungan yang meningkat di sekitar pembangkit.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved