Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Industri Keuangan Syariah Global Diproyeksikan Mencapai US$ 4,94 Triliun Pada 2025

Despian Nurhidayat
17/11/2021 22:50
Industri Keuangan Syariah Global Diproyeksikan Mencapai US$ 4,94 Triliun Pada 2025
Ajang Indonesia Sharia Economic Festival, Oktober lalu(Antara/M. Risyal Hidayat)

 REVINITIV yang merupakan lini bisnis London Stock Exchange Group (LSEG) merilis Indikator Pengembangan Keuangan Islam (IFDI) 2021 yang menyatakan bahwa industri keuangan syariah global diproyeksikan akan mencapai US$ 4,94 triliun pada tahun 2025. 

Dalam laporan tersebut ekspansi industri fintech syariah dan bank digital syariah masih dipimpin oleh Malaysia, Indonesia, Arab Saudi, Bahrain, dan UEA. Negara-negara Asia Tenggara yakni Malaysia dan Indonesia dikatakan akan mempertahankan peringkat teratas dalam pengembangan industri keuangan syariah. 

Direktur Eksekutif Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Indonesia Ventje Rahardjo mengatakan, Indonesia berhasil mempertahankan posisi kedua sebagai negara dengan pengembangan industri keuangan syariah terbesar dalam IFDI 2021 kali ini. 

"Indonesia mendapatkan nilai yang lebih tinggi di sebagian besar indikator terutama pendidikan, penelitian, kesadaran dan dukungan pemerintah. Kami akan terus mengembangkan industri keuangan syariah sebagai bagian dari strategi kami untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional kami," ungkapnya dilansir dari keterangan resmi, Rabu (17/11). 

Baca juga : Aturan Fintech Dinilai Sudah Tidak Relevan, OJK Garap Aturan Baru untuk Antisipasi Pinjol Ilegal 

Sementara itu, Kepala Keuangan Islam Refinitiv LSEG Mustafa Adil menambahkan, industri keuangan syariah saat ini terus menarik pemain baru dan mengembangkan produk dan layanannya untuk menjadi peserta yang lebih aktif dalam memajukan pencapaian climate change. 

“Yurisdiksi keuangan Islam utama difokuskan pada kebijakan keberlanjutan dan lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG). Melihat kembali pada tahun 2020, Malaysia, Indonesia, dan Arab Saudi adalah aktor penting karena mereka memanfaatkan sukuk untuk membiayai proyek sosial dan ekonomi hijau," kata Adil. 

Ke depan, dia berharap untuk melihat lebih banyak perkembangan industri keuangan syariah. Pasalnya, bank sentral Malaysia dan Arab Saudi telah memberikan lisensi kepada perbankan digital syariah pertama mereka. 

"Fintech Islam yang keluar dari Inggris dan Amerika Serikat juga terus menarik perhatian dan kami berharap dapat melihat pendatang baru dari Pakistan dan Asia Tengah,” pungkasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya