Kompetisi Desain Atap Ramah Lingkungan Onduline Disambut Antusias 

Ghani Nurcahyadi
09/11/2021 21:29
Kompetisi Desain Atap Ramah Lingkungan Onduline Disambut Antusias 
Konsep pemenang Onduline Green Roof Award 2021(Dok. Onduline)

SAYEMBARA desain atap Onduline Green Roof Award (OGRA) 2021 yang digelar produsen atap ramah lingkungan Onduline, PT Onduline Indonesia, telah memasuki tahap akhir. Lima orang dinyatakan sebagai pemenang dengan juara 1, 2 dan 3 serta dua juara harapan. 

Seperti penyelenggaraan di tahun-tahun sebelumnya, sayembara OGRA ke-5 bertujuan untuk mencari gagasan proyek unggulan, kreatif dan inovatif dari para profesional di bidang arsitektur, desainer interior, pengembang, konsultan perencana dan kontraktor pelaksana terkait konsep konstruksi atap ramah lingkungan dan berkelanjutan yang digabungkan dengan keunggulan arsitektur. 

Tahun ini sayembara OGRA mengangkat tema “Tropical Roof With Ecological Clean Energy & Passive Design”. Para peserta ditantang mewujudkan karya arsitektur dengan gagasan desain yang difokuskan pada solusi atap bangunan yang mampu mengatasi isu polusi udara dan mengurangi beban biaya energi, demi mempertahankan habitat manusia untuk generasi masa depan.  

Marketing Communications Manager PT Onduline Indonesia Reissa Siregar menjelaskan, peserta sayembara OGRA tidak dipungut biaya sama sekali. Pun penyelenggara juga tidak mewajibkan peserta harus menggunakan produk Onduline dalam merancang dan mempresentasikan desainnya. 

“Kami menyerahkan ide-ide baru yang 'out of the box' sepenuhnya kepada peserta, semata-mata untuk mendapatkan karya arsitektur yang clean dan alami sebagai bagian dari respon peserta terhadap iklim, cahaya, pemakaian energi pada kebutuhan rumah sehat dan hemat di Indonesia,” kata Reissa dalam keterangan tertulisnya.  

Ia mengungkapkan, yang menjadi catatan dari Sayembara OGRA 2021 adalah antusiasme para peserta dalam mendaftarkan karyanya. Tercatat, sebanyak 147 karya desain diterima oleh penyelenggara.  

“Kami bersyukur berdasarkan data yang masuk, ada kenaikan jumlah karya yang diterima dari peserta perorangan maupun atas nama firma, dibandingkan dengan tahun lalu. Ini menandakan kompetisi semacam ini sangat dinantikan oleh banyak profesional di bidang arsitektur dan turunannya. Pandemi Virus Corona tidak menghalangi kreatifitas dan ide-ide cemerlang para profesional di bidang arsitektur diIndonesia untuk mendesain bangunan masa depan yang sehat dan dan hemat energi,” paparnya. 

PT Onduline Indonesia  melaksanakan kompetisi OGRA 2021 dengan dewan juri yang diketuai Chairperson Green Building Council Indonesia Naning Adiwoso, didampingi Principal Architech Ivan Priatman Architecture, Ivan Priatman, dan juga melibatkan Reissa sendiri sebagai perwakilan Onduline. 

“Karya desain yang masuk bagus-bagus, secara penampilan sangat baik dan good-nya mereka tidak melupakan fungsi rancang atapnya,” ujar Naning Adiwoso. 

Baca juga : Alton, Hunian Premium Unggulan dari Jaya Real Property

Penjurian dilakukan secara transparan dalam beberapa tahap selama bulan September 2021. Pada penjurian tahap akhir tim juri memilih Top  25  finalis lalu mengerucutkan menjadi 10 besar, hingga kemudian diputuskan jawara utama, juara dua dan tiga, serta dua pemenang harapan. Para pemenang berhak atas hadiah berupa uang tunai senilai total Rp125 juta serta sertifikat dan tropi eksklusif OGRA 2021.  

Juara pertam diraih Alfian Reza Almadji dari DI Yogyakarta dengan karya yang diberi tema Ret Roof It “Retrofitting Building With Rooftop Farming”. Konsepnya memanfaatkan struktur eksisting dengan menambahkan fungsi dan desain atap yang menunjang kegiatan pada bangunan mangkrak di area Welcome To Batam (WTB).  

WTB merupakan area terbuka di daerah Batam Center, Kepulauan Riau, yang menjadi tempat favorit masyarakat Batam untuk berkumpul, berolahraga, maupun sekadar berfoto dengan latar belakang bukit WTB yang khas seperti di Hollywood. Namun, karena kondisi gersang dan panas, area ini hanya ramai di pagi dan malam hari sebagai pasar malam dengan aneka jajan dan hiburan. 

“Di bagian tengah area WTB terdapat bangunan mangkrak yang sebenarnya potensial sebagai fasilitas pendukung,” ujar Alfian. 

Dalam desain tersebut, beberapa prinsip berkelanjutan coba ia aplikasikan pada atap untuk mendukung fungsi urban farming dan food market di lantai dasar. Hal tersebut menghasilkan sebuah desain atap dengan planter box berundak dan kanopi di bagian tengah sebagai peneduh yang dapat menampung air dan energi matahari. 

“Hasilnya, sebuah bangunan Farm & Food Market yang tidak hanya dapat memberi manfaat kepada masyarakat dan pengunjung area WTB, namun juga lingkungan sekitar,” terang Alfian. 

Lantai 2 difungsikan sebagai ruang utulitas dilengkapi water treatment yang menampung dan mengolah air hujan dari atap serta mendistribusikannya kembali untuk irigasi tanaman dan toilet. 

“Konsep ini juga membantu mengurangi suhu rungan dengan memanfaatkan aliran udara yang membawa molekul air hasil evaporasi ke seluruh ruangan,” jelasnya. )RO/OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya