Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
BADAN Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$4,37 miliar pada September 2021 dengan nilai ekspor mencapai US$20,60 miliar dan impor US$16,23 miliar. Angka ini pun membuat Indonesia berhasil mencatatkan surplus neraca perdagangan selama 17 bulan berturut-turut.
"Hal ini membuat neraca perdagangan Indonesia selama 17 bulan beruntun membukukan surplus," ungkap Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers secara daring, Jumat (15/10).
Dia merinci, komoditi nonmigas penyumbang surplus terbesar ialah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, serta besi dan baja. Sedangkan, negara yang memberikan andil terhadap surplus terbesar yaitu Amerika Serikat, India, dan Filipina.
Margo menambahkan, neraca perdagangan dengan AS mengalami surplus US$1,5 miliar dengan komoditas surplus terbesar yakni pakaian dan aksesorinya.
Kemudian, perdagangan dengan India juga mengalami surplus sebesar US$718,6 juta dengan komoditas utama bahan bakar mineral dan lemak minyak hewan atau nabati.
Surplus perdagangan juga dialami dengan Filipina yang mencapai US$713,9 juta, dengan komoditas penyumbang surplus terbesar yaitu bahan bakar mineral serta kendaraan dan bagiannya.
Kendati demikian, perdagangan Indonesia juga mengalami defisit dengan beberapa negara, yang terbesar adalah perdagangan dengan Australia, Thailand, dan Ukraina.
"Defisit dengan Australia sebesar US$529,7 juta dikarenakan bahan bakar mineral, dan bijih logam, perak, dan abu," ucapnya.
Sedangkan, defisit perdagangan dengan Thailand mencapai US$346,8 juta yang disebabkan oleh komoditas plastik dan barang dari plastik, diikuti dengan mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya.
Sementara, perdagangan dengan Ukraina terjadi defisit sebesar US$247,2 juta dengan komoditas utama serealia serta besi dan baja.
Dengan demikian, secara kumulatif neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari sampai September 2021 mengalami surplus US$25,07 miliar.
"Angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Misalnya pada periode yang sama di 2020 yang surplusnya tercatat US$13,35 miliar dan bahkan di 2019 kita mengalami defisit," pungkas Margo. (E-3)
Neraca perdagangan Indonesia pada April tercatat surplus sebesar US$160 juta. Kendati surplus, angka ini turun drastis dibandingkan capaian pada Maret 2025 yang mencapai US$4,33 miliar.
Surplus neraca perdagangan Indonesia masih mencatat angka besar, namun sejumlah risiko mulai mengintai kelanjutannya. Pada Maret 2025, surplus dagang Indonesia mencapai US$4,33 miliar.
Kebijakan tarif impor AS itu akan mengganggu neraca pembayaran Indonesia, khususnya neraca perdagangan dan arus investasi. Ini mengingat AS adalah mitra dagang utama Indonesia.
EKONOM Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang menuturkan penurunan surplus neraca perdagangan pada Februari 2025 dibandingkan Januari lebih disebabkan oleh peningkatan impor.
NERACA perdagangan Indonesia masih resilien di tengah pelemahan ekonomi global. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ssebesar US$3,45 miliar atau senilai Rp55,81 triliun pada Januari 2025.
Bergabungnya Indonesia menjadi anggota penuh BRICS adalah Indonesia bisa membuka akses market ke pasar global dan potensi meningkatkan kualitas neraca dagang luar negeri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved