Headline
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.
Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.
PRESIDEN Joko Widodo memprediksi pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal ketiga tahun ini tidak akan lebih baik dari capaian kuartal kedua.
Meski demikian, ia masih optimistis angka yang akan diraih tetap berada pada level positif.
Sebagaimana diketahui, pada kuartal kedua, pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 7,07%, naik drastis dari kinerja kuartal pertama yang kala itu masih di level negatif yakni -0,74%.
Baca juga: Prioritaskan Sektor Pertanian, Pemerintah Diapresiasi
"Kita harap capaian ini bisa berlanjut di kuartal ketiga meskipun kita tahu pasti pertumbuhan di kuartal ketiga akan lebih rendah dari kuartal kedua," ujar Jokowi dalam pembukaan Sarasehan 100 Ekonom Indonesia, Kamis (26/8).
Prediksi kepala negara bukan tanpa alasan. Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 di Jawa dan Bali serta beberapa provinsi lain menjadi faktor utama yang bisa memperlambat roda ekonomi di periode Juli-September.
Ia pun berharap, dengan semakin baiknya upaya penanganan covid-19, semakin gencarnya vaksinasi dan semakin menurunnya jumlah kasus aktif, perekonomian nasional akan kembali terangkat tahap demi tahap.
"Kita tetap harus menjaga gas dan rem agar betul-betul berada pada keseimbangan yang baik. Covid-19 kita turunkan sehingga ekonomi tahap dami tahap bisa kembali pulih ke arah normal atau bahkan lebih baik lagi," tandasnya. (OL-1)
Situasi global yang masih dan kian tak menentu patut diwaspadai. Perkembangan dari ekonomi dunia dan konflik Timur Tengah Iran vs Israel dinilai dapat memberi dampak ke perekonomian Indonesia.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kembali mencatatkan defisit sebesar Rp21 triliun, setara 0,09% dari Produk Domestik Bruto (PDB) hingga akhir Mei 2025.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, masyarakat dan pelaku usaha diprediksi akan menghadapi berbagai tantangan.
PENGAMAT ekonomi Universitas Mataram (Unram), Firmansyah mengatakan, relaksasi ekspor konsentrat di NTB tidak perlu dilakukan, jika hanya untuk memperbaiki data pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah terus berupaya mendorong intensitas perdagangan demi mengatasi gejolak perekonomian global. Demi memuluskan upaya tersebut, industri maritim logistik juga harus diperkuat.
Pentingnya reindustrialisasi yang berfokus pada sektor-sektor padat karya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved