Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Serapan Kredit Lesu, Korporasi Besar Dipantau Pemerintah

M. Ilham Ramadhan Avisena
06/8/2021 15:20
Serapan Kredit Lesu, Korporasi Besar Dipantau Pemerintah
Deretan gedung perkantoran di kawasan Kuningan, Jakarta.(MI/Andri Widiyanto)

PENYALURAN kredit perbankan terhadap korporasi tercatat minus 2,02%. Pertumbuhan minus tersebut tidak seirama dengan peningkatan kredit di sektor lain.

"Kami monitor perusahaan korporasi ini secara rutin setiap bulan. Ada 200 debitur besar korporasi yang kami monitor setiap bulan," ungkap Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso dalam konferensi pers KSSK secara virtual, Jumat (6/8).

Dari catatan OJK, lanjut dia, hingga semester I 2021 penyaluran kredit mengalami pertumbuhan 0,59% secara tahunan. Positifnya pertumbuhan kredit didorong penyaluran kredit UMKM yang tumbuh 2,35%, ritel 1,9% dan kredit konsumsi 20,31%.

Baca juga: Presiden Minta Generasi Muda Berminat Jadi Petani

Pertumbuhan penyaluran kredit yang minus hanya terjadi di sektor korporasi. Wimboh menyebut penyaluran kredit ke 10 debitur besar sektor korporasi menurun hjngga 15,5% dari total kredit pada Maret 2020-Juni 2021.

Adapun penurunan penyaluran kredit ke 10 korporasi besar setara dengan Rp381,6 triliun. Besarnya penurunan nilai itu menarik perhatian OJK untuk memonitor lebih dekat.

"Debitur-debitur ini termasuk yang usahanya adalah hotel berbintang, termasuk penerbangan dan juga restoran. Ini ada beberapa yang belum buka (karena pembatasan mobilitas)," terang Wimboh.

"Memang pertumbuhan sekarang ini lebih didukung UMKM karena ada beberapa insentif. Di antaranya, subsidi bunga dan penjaminan yang lebih besar. UMKM bangkitnya lebih cepat dibandingkan dengan debitur besar tadi," imbuhnya.

Baca juga: Sri Mulyani Yakin Momentum Pemulihan Ekonomi RI Masih Kuat

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan KSSK saat ini berfokus memantau korporasi di berbagai sektor usaha. Sebab, korporasi merupakan instrumen penting dalam agenda pemulihan ekonomi nasional.

"Hal yang kita akan identifikasi lebih dini. Terutama potensi risiko yang mengancam keberlangsungan usaha korporasi dan potensial risiko spillover effect terhadap stabilitas sistem keuangan," ujar Ani, sapaan akrabnya.

"Dalam forum G20, sudah ditenggarai terjadinya pandemi covid-19 menyebabkan scaring effect dalam perekonomia di dunia. Sekarang kita perlu melihat seberapa dalam luka akibat covid-19 di perekonomian dan bagaimana kita mencegahnya," tandas Bendahara Negara.(OL-11)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya