Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
MENGHADAPI ancaman penyakit hewan lumpy skin disease (LSD) yang saat ini sudah menyebar di Asia dan menjangkiti enam negara di Asia Tenggara, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian (Kementan) mengadakan seri seminar daring peningkatan kesiapsiagaan terhadap LSD.
"Sebagai negara yang masih bebas LSD, kita harus meningkatkan kesiapsiagaan, karena posisinya penyakit ini sudah sampai ke Thailand dan Malaysia," ungkap Nuryani Zainuddin, Direktur Kesehatan Hewan, Ditjen PKH.
Menurutnya, sejak Tiongkok dan India tertular pada tahun 2019, LSD terus menyebar ke banyak wilayah di Asia. Terakhir penyakit ini sudah dilaporkan di kawasan Asia Tenggara yakni di Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja, Thailand, dan Malaysia.
"Kita telah tingkatkan upaya pencegahan untuk mencegah masuknya penyakit ini. Namun apabila sampai masuk, kita juga harus siap untuk bisa mendeteksi dan menanganinya secara cepat dan efektif," tambah Nuryani.
Pada seminar daring yang dihadiri peserta hampir 800 orang tersebut, Nuryani menjelaskan bahwa risiko terbesar masuknya LSD adalah melalui pemasukan hewan rentan (sapi dan kebau) dari negara tertular, dan saat ini pihaknya memastikan bahwa tidak ada pemasukan hewan rentan dari negara-negara tersebut.
"Namun demikian, Kami tetap telah siapkan laboratorium veteriner untuk mendiagnosa apabila ada dugaan kasus di lapang," imbuhnya.
Semua laboratorium veteriner di bawah Ditjen PKH menurutnya telah mempunyai kapasitas untuk memeriksa penyakit ini.
Nuryani meminta agar peternak dan petugas lapang untuk segera melaporkan apabila ada ternaknya yang menunjukan tanda klinis benjol-benjol pada kulit, demam, dan adanya lendir pada hidung serta mulut.
"Laporan cepat sangat penting, agar segera kita pastikan penyebab penyakitnya, dan kita tangani langsung. Ini untuk menekan kerugian yang mungkin ditimbulkan," jelasnya.
Pada seminar daring tersebut, hadir juga narasumber dan ahli terkait LSD yakni Karma Rinzin dari organisasi kesehatan hewan dunia (OIE) di kawasan Asia Tenggara (OIE Sub Regional Representation for South East Asia) dan Steve Pefanis dari Department of Primary Industries, Parks, Water and Environment, Biosecurity Tasmania, Australia. (RO/OL-09)
Generasi Beta: Pahlawan atau korban revolusi teknologi? Mari kita bahas.
Dalam dekade terakhir, masyarakat Indonesia mulai akrab dengan dunia digital. Mulai dari kakek-nenek hingga cucu telah melek teknologi informasi.
Di era digital yang terus berkembang, transformasi digital bukan hanya sekadar tren. Itu telah menjadi kebutuhan mendesak dalam berbagai bidang, termasuk di bidang kesehatan.
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) adalah sebuah sistem digital yang dirancang khusus untuk membantu Puskesmas dalam mengelola berbagai informasi kesehatan.
Kalian harus perbanyak minum air putih. Air putih bermanfaat baik untuk kesehatan kulit. Dengan asupan cairan tubuh yang baik maka badan dan kulit menjadi terwat.
Putri Catherine dari Wales mengumumkan sedang menjalani kemoterapi pencegahan untuk mengobati kanker. Tapi apa itu kemoterapi pencegahan?
Peternak sapi kembali membuang kohe secara tradisional ke sungai, sehingga dampak pencemaran kepada lingkungan masih terjadi.
Sebelum serangan penyakit mulut dan kuku (PMK) dan lumpy skin disease (LSD), populasi sapi perah di Kabupaten Garut mencapai 15 ribu hingga 16 ribu ekor.
Peternakan domba dan kambing di Tasikmalaya terus berkembang dari tahun ke tahun
Eco Enzyme termasuk dalam “green product” yang memiliki banyak fungsi seperti nutrisi untuk kegiatan pertanian, peternakan dan perikanan.
Sekurangnya 10 ribu ayam terbakar dan menjadi abu. Ini terjadi setelah kebakaran melanda kandang peternakan di Jalan Haji Suhaemi RT 003 RW 03 Kelurahan Duren Mekar, Kecamatan Bojongsari.
Lebih dari 10 ribu orang di dunia telah menandatangani petisi yang meminta institusi finansial internasional berhenti mendanai industri peternakan yang memicu wabah baru, dan deforestasi,
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved