Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Bahlil : Tingginya Target Investasi tidak Diimbangi Pagu Anggaran

M. Iqbal Al Machmudi
08/6/2021 17:16
Bahlil : Tingginya Target Investasi tidak Diimbangi Pagu Anggaran
Anggaran negara(Ilustrasi)

MENTERI Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia mengusulkan untuk menaikkan pagu anggaran tahun 2022 sebesar Rp608,5 miliar.

Hal itu disebabkan tingginya target investasi 2022 sebesar Rp1.100-1.200 triliun namun pagu anggaran mengalami pemotongan 35% dari tahun sebelumnya.

"Kami jujur saja anggaran kita Rp930 miliar itu target yang dikasih oleh Presiden Rp900 triliun. Tetapi begitu targetnya naik anggaran kita turun, jadi masih masih badan itu anggaran tinggi ketika menjadi kementerian anggarannya diturunkan ini saya juga bingung. Mau kemana lagi tempat kita bercurhat," ungkap Bahlil saat rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI di Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (8/6).

Bahlil mengatakan usulan penambahan anggaran tersebut sudah diajukan ke Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Baca juga : ESDM : Target Produksi 1Juta Barel Minyak Masih Dibayangi Impor

"Besar harapan kami surat ini dapat dipahami dan dapat diperjuangkan Komisi VI DPR," ucapnya.

Diketahui pagu indikatif Kementerian Investasi/BKPM 2021 sebesar Rp1,08 triliun kemudian turun 35% 35 di pagu indikatif 2022 menjadi Rp711,5 miliar. Pagu 2022 tersebut sesuai dengan Nomor S-361/MK.02/2021 dan B.238/M.PPN/D.8/PP.04.02/04/2021 tanggal 29 April 2021.

Dengan pagu anggaran tersebut Kementerian Investasi memiliki target investasi sebesar Rp968 triliun sesuai dengan RPJM 2020-2024. Namun, Presiden mengarahkan agar capaian target investasi 2022 menjadi Rp1.100-1.200 triliun.

"Target tersebut naiknya hingga 30% untuk pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen karena pertumbuhan perekonomian kita kontribusinya 57-60% dan sisanya adalah investasi. Namun grafik konsumsi yang menurun sehingga yang dipompa adalah investasi," ujarnya. (OL-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Baharman
Berita Lainnya