Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Menristek: Inovasi Harus Jadi Arus Utama Kegiatan Ekonomi Indonesi

Despian Nurhidayat
06/4/2021 10:08
Menristek: Inovasi Harus Jadi Arus Utama Kegiatan Ekonomi Indonesi
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro.(ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

MENTERI Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa inovasi harus menjadi arus utama dalam setiap kegiatan ekonomi Indonesia.

Pasalnya hal ini dikatakan berkaitan erat dengan target pemerintah pada tahun 2045 mendatang, di mana Indonesia bisa lepas dari jebakan pendapatan kelas menengah ke atas, dan beranjak menjadi negara maju dengan pendapatan rata-rata yang tinggi.

“Untuk menuju ke sana jelas bukan satu hal yang mudah. Diperlukan perubahan mindset secara mendasar dari kita yang selama ini masih mengandalkan kegiatan ekonomi berbasis natural resources menjadi berbasis innovation. Artinya inovasi harus menjadi arus utama (mainstream) dalam setiap kegiatan ekonomi Indonesia ke depan,” ungkapnya dilansir dari keterangan resmi, Selasa (6/4).

Lebih lanjut, Bambang menambahkan, saat ini Indonesia masih berada di peringkat 85 dari daftar 165 negara yang masuk dalam Global Innovation Index 2020. Peringkat tersebut cukup jauh di bawah beberapa negara tetangga, seperti Thailand (peringkat 44), Malaysia (peringkat 33) dan Singapura yang malah masuk peringkat 8.

“Setidaknya ada tiga faktor utama yang membuat kita tertinggal. Pertama soal institusi. Masih banyak institusi kita yang belum mampu mendorong dan ramah terhadap terciptanya inovasi di lembaga itu sendiri,” kata Bambang.

Faktor kedua, lanjutnya, adalah faktor kapital dan sumber daya manusia (SDM). Dalam hal ini, untuk menciptakan sebuah inovasi yang hebat dibutuhkan SDM yang andal dan mumpuni di bidangnya masing-masing. Selain itu, daya dukung dari tersedianya lembaga-lembaga riset juga turut membantu mengatasi kelemahan di faktor SDM ini.

“Sedangkan yang ketiga adalah jenis bisnis kita yang masih belum sophisticated. Aktivitas-aktivitas bisnis yang ada masih sangat sederhana, yang mengandalkan praktis dasar jual beli atau assembling (perakitan). Berbeda misalnya dengan bisnis handphone, yang fitur-fitur barunya tidak akan pernah tercipta tanpa adanya inovasi dan riset yang kuat di belakangnya,” tuturnya. (Des/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya