Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
BANK Indonesia akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Kamis (18/3) terkait keputusan suku bunga kebijakan dan langkah stabilisasi keuangan dan moneter.
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI memandang Bank Indonesia harus lebih berhati-hati terhadap peningkatan risiko eksternal.
Meskipun inflasi rendah masih terus berlanjut yang menandakan permintaan agregat masih lemah, Bank Indonesia harus memprioritaskan stabilitas nilai tukar rupiah di bulan ini, yang tengah terdepresiasi sebesar 3,7% (ytd) hingga pertengahan Maret 2021.
“Kami melihat bahwa BI perlu menahan suku bunga kebijakan pada 3,5% bulan ini sebagai langkah pencegahan untuk menstabilkan rupiah,” kata Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky, Rabu (17/3).
Masih lemahnya permintaan agregat seiring dengan berakhirnya periode libur, mengakibatkan inflasi Februari 2021 masih di bawah kisaran target Bank Indonesia. Inflasi Februari tercatat sebesar 1,38% (yoy), turun dari 1,55% (yoy) pada Januari 2021.
Ini merupakan inflasi umum tahunan terendah dalam tujuh bulan atau sejak Agustus 2020.
Baca juga : Menunggu Rilis Suku Bunga, IHSG Berpeluang Bergerak Terbatas
“Mempertahankan pandangan kami dari bulan lalu, kami tidak melihat adanya kenaikan tajam pada inflasi dalam waktu dekat karena daya beli yang menurun,” kata Riefky.
Secara bulanan, inflasi umum turun dari 0,26% (mtm) pada bulan pertama 2021 menjadi 0,1% (mtm) pada Februari 2021. Penurunan inflasi umum disebabkan oleh kombinasi dari inflasi inti yang terkendali dan deflasi barang bergejolak yang mengimbangi inflasi harga yang diatur pemerintah.
Inflasi inti tercatat 0,11% (mtm) pada Februari 2021, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 0,14% (mtm).
Selain permintaan yang masih lemah, penurunan harga emas sebesar 6,71% pada Februari 2021 merupakan penyebab penurunan inflasi inti.
Harga emas telah turun sepanjang tahun 2021 setelah melonjak pada tahun 2020 karena penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi AS serta kepercayaan yang meningkat seiring dengan peluncuran berbagai macam vaksin.
Barang bergejolak tercatat deflasi sebesar 0,01% (mtm), jauh lebih rendah dibandingkan Januari sebesar 1,15% (mtm).
Deflasi ini disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti cabai, tomat, telur, dan daging ayam. Untuk harga kelompok barang yang diatur pemerintah, inflasi pada Februari 2021 tercatat 0,21% (mtm), naik lebih tinggi dari deflasi sebelumnya sebesar 0,19% (mtm).
“Hal ini disebabkan tarif maskapai mulai kembali ke level normal setelah akhir tahun dan pemerintah menyesuaikan tarif untuk beberapa ruas jalan tol,” kata Riefky. (OL-2)
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan di level 5,50% dipandang sebagai langkah konservatif yang tepat di tengah ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik.
Keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan, atau BI Rate di level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 17-18 Juni 2025 dinilai sebagai langkah yang tepat.
Fixed Income Research PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila Priyatno menilai ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat sangat terbatas.
KETIDAKPASTIAN arah kebijakan moneter Amerika Serikat kembali menjadi perhatian setelah desakan terbuka Presiden Donald Trump agar Federal Reserve memangkas suku bunga acuan.
BTN mempertegas posisinya sebagai pemimpin pembiayaan perumahan nasional dengan menggelar Akad Kredit Massal KPR Non-Subsidi secara serentak di lima kota besar
Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, menyambut baik keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke 5,5%.
GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan pihaknya melihat ruang untuk melanjutkan penurunan suku bunga acuan (BI Rate) guna mendorong pertumbuhan kredit.
Pemangkasan suku bunga acuan BI dari 5,5% menjadi 5,25% pada Juli 2025 adalah langkah tepat untuk menggerakkan konsumsi domestik dan investasi.
Bank Indonesia atau BI menilai keputusan tarif impor Amerika Serikat memberikan dampak positif terhadap pasar keuangan Indonesia, terutama karena memberikan kepastian bagi para investor
Bank Indonesia (BI) pada Selasa-Rabu, 15-16 Juli 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25%
Sudah saatnya Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan. Pasalnya, kesepakatan tarif antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sudah terjadi.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin, 14 Juli 2025, diprediksi bergerak menguat dengan ditopang faktor-faktor domestik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved