Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Petani Bawang Putih Lokal Minta Pasar Bantu Serap Hasil Panen

Mediaindondonesia.com
11/3/2021 13:01
Petani Bawang Putih Lokal Minta Pasar Bantu Serap Hasil Panen
Petani lokal memanen bawang putih.(Ist/Kementan)

PROGRAM swasembada bawang putih yang digadang-gadang pemerintah dalam tantangan. Pasalnya banyak petani mengeluh dan tidak mau lagi menanam bawang putih dikarenakan tidak bisa menjual yang akhirnya menanggung rugi besar.

Salah satunya Imam, petani bawang putih dari Batu, Malang, Jawa Timur. Ia menceritakan mulai menanam bawang putih bersama kelompoknya sejak 2018-2019. Saat itu permintaan bibit bawang putih cukup tinggi dari perusahaan karena adanya wajib tanam importir. 

"Jadi kami kerja sama dengan importir, dan ada juga petani yang nanam sendiri. Jadi petani banyak yang tanam bawang putih proyeksinya untuk pengadaan benih," ungkap Imam yang dikutip Kamis (11/3).

Selanjutnya, kata Imam, untuk tahun ini kerja sama dengan importir sudah tidak ada. Jadi hasil panen petani tidak terserap sama sekali sehingga menyebabkan rugi besar. Padahal biaya tanam yang dikeluarkan cukub besar, sekitar 100-120 juta per hektare dan dapat menghasilkan sekitar 8 ton per hektare. 

"Hancur mas, kalau kemarin harganya bisa laku di atas Rp 20 ribu- Rp 25 ribu per kilogram, sekarang ini harga bawang putih kering hanya Rp 10 ribu-Rp11 ribu rupiah per kilogram," ungkapnya.

Imam mengatakan, karena harga murah, petani menahan tidak untuk dijual, akhirnya banyak bibit yang busuk dan kedaluarsa sehingga sudah mulai dibuang karena tidak laku. "Sebagian terpaksa dilepas dengan harga murah dan tidak balik modal," katanya.

Sementara itu, pedagang Pasar Induk Kramatjati, Jakarta, Haji Khoirul, yang sudah puluhan tahun menjual bawang putih mengatakan justru tidak ada bawang putih lokal dijual di pasar. Pernah ada datang tahun lalu, setelah itu tidak muncul lagi. 

Khoirul justru merasa heran karena tidak ada yang menawarkan bawang putih lokal kepadanya sampai hari ini. “Kemana bawang putih lokalnya ya?" ujarnya.

Kegagalan program swasembada bawang putih lokal tersebut terjadi juga pada tahun 2020. Sebelumnya petani bawang putih varietas lokal di Jawa Tengah kesulitan menjual hasil panennya di pasar. 

Kelompok Tani Rejeki Makmur Desa Segoro Gunung, Ngargoyoso, Karanganyar di lereng Gunung Lawu, tahun 2020 lalu menanam di atas lahan seluas 60 hektare. Mereka kapok karena tidak ada pembeli yang datang untuk menyerap hasil panen tersebut.(RO/OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya